Pengembangan Model Pelatihan Akting dan Dialog dengan Strategi 4M

Posted by khoiron h On Rabu, 27 April 2011 0 komentar
(Melihat-Meniru, Mengembangkan, Mengreasikan) untuk Naskah DramaPengejaran Karya Emil Sanossa

Abstract : Training of actor and dialogue are require to be realized as means as
the learning of actors to reached a good acting and the way of dialogue
competency. The models of actor and dialogue`s training are strategy, it is
device which is made to realize the result of study for reached a good acting
and the way of dialogue competency. 4M strategy are strategies which
developed from theory of learning Contextual Teaching Learning (CTL) of
modeling component. Every the research procedure are the structure activity as
model the acting training and dialogue. Fundamental consideration in
determining the learning strategy by effectiveness process the training of actor
and dialogue are see-imitate, developing, and creating.
Kata Kunci: model pelatihan akting dan dialog, strategi 4M (Melihat-Meniru,
Mengembangkan, Mengreasikan), naskah drama Pengejaran.
Akting merupakan tindakan terencana yang dilakukan oleh aktor. Akting
adalah wilayah abstrak sekaligus konkret. Abstrak ketika instruksi pencariannya
disampaikan sutradara pada aktor. Arahan sutradara selalu membutuhkan kecer-
dasan dan daya imajinasi aktor untuk memahaminya. Konkret ketika instruksi
tersebut dilakukan melalui gerak-gerik tubuh. Pada saat tubuh bergerak dan vokal
aktor membentuk makna instruksi maka saat itulah akting menjadi nyata. Dari
akting itulah, aktor dapat meyakinkan penonton tentang kebenaran di atas pang-
gung, dan mengekspresikan kemampuannya dalam menyampaikan pesan sesuai
dengan sasaran yang ditetapkan melalui dialog.
Dialog adalah penuturan kata-kata dari para aktor. Dialog berfungsi
untuk mengemukakan persoalan, konflik, menjelaskan karakteristik tokoh, meng-
gambarkan plot, dan membukakan fakta. Dialog disampaikan melalui suara yang
harus disertai volume jelas, artikulasi, tempo, intonasi nada yang baik dan inten-
sitas emosi yang baik agar dapat tersampaikan dengan baik kepada penonton.
Pelatihan akting dan dialog difokuskan pada proses pelatihan bagi aktor
untuk membentuk dan menciptakan karakter pada watak dan emosi tokoh. Model





*Tenri Farizatul Warda adalah mahasiswa Universitas Negeri Malang (UM), Malang. Artikel ini
diangkat dari Skrispsi Sarjana Pendidikan, Program Sarjana Universitas Negeri Malang, 2010.




pelatihan akting dan dialog perlu dimunculkan sebagai upaya pembelajaran aktor
untuk mencapai kemampuan berakting dan berdialog yang baik. Model pelatihan
akting dan dialog tersebut berupa strategi, yaitu rancangan yang dengan sengaja
dibuat untuk mewujudkan hasil belajar untuk mencapai sebuah kemampuan akting
dan cara berdialog yang baik.
Model pelatihan akting dan dialog perlu dimunculkan sebagai upaya
pembelajaran aktor untuk mencapai kemampuan berakting dan berdialog yang
baik. Model pelatihan akting dan dialog tersebut berupa strategi, yaitu rancangan
yang dengan sengaja dibuat untuk mewujudkan hasil belajar untuk mencapai
sebuah kemampuan akting dan cara berdialog yang baik.
Strategi yang ditawarkan pada pelatihan akting adalah strategi 4M
(Melihat-Meniru, Mengembangkan, Mengreasikan). Strategi ini merupakan
pengembangan strategi dari teori pembelajaran Contextual Teaching Learning
(CTL) atau pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Seperti yang diungkap-
kan oleh Nurhadi (2003:5) bahwa di dalam pendekatan kontekstual terdapat bebe-
rapa komponen salah satunya adalah komponen pemodelan. Pemodelan tersebut
terbagi atas pemodelan dengan teori pembelajaran behaviourisme dan teori pem-
belajaran konstruktivisme. Teori pembelajaran behaviourisme merupakan landa-
san berpikir yang mengacu pada ada model yang ditiru. Sedangkan, teori pembe-
lajaran konstruktivisme mengacu proses mengkonstruksi. Aktor diberikan kesem-
patan untuk mengembangkan dan mengreasikan imajinasinya sendiri dari hasil
pemodelan yang ditiru.
PEMBAHASAN
Tahap-tahap strategi 4M adalah terdiri dari tahap melihat-meniru, me-
ngembangkan, dan mengreasikan. Keempat tahapan kegiatan tersebut akan
dipaparkan sebagai berikut.
Tahap Melihat-Meniru
Tahap melihat-meniru adalah proses pelatihan dasar tentang akting dan
dialog yang dilakukan oleh aktor terhadap pemodelan yang dilakukan oleh
sutradara, (yang selanjutnya disebut model). Ketika proses melihat-meniru ini,




aktor difokuskan pada kegiatan mencermati, baik proses melihat akting, dan
mendengar cara berdialog yang diperagakan oleh model.
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini difokuskan adalah pemodelan
pada kegiatan pendahuluan yang meliputi kegiatan persiapan dan kegiatan pelatihan
dasar. Langkah-langkah pada kegiatan persiapan akan dipaparkan sebagai berikut.
(1)Sutradara memahami naskah drama Pengejaran karya Emil Sanossa
Tahapan awal adalah pemahaman terhadap naskah drama Pengejaran karya
Emil Sanossa. Kegiatan pemahaman mencakup tentang analisis naskah drama
Pengejaran yaitu unsur intrinsik dan ekstrinsik naskah.
Langkah-langkah memahami naskah Pengejaran adalah sebagai berikut.
a.Membaca pemahaman naskah drama Pengejaran
b.Membaca analisis naskah drama Pengejaran yang meliputi sinopsis, jenis
naskah, alur, setting, tokoh dan penokohan, dan tema.
c.Membedakan antara karakteristik tokoh satu dengan tokoh lainnya.
d.Menangkap “apa” maksud dari dialog karakter tersebut.
(2)Sutradara mengajak calon aktor mendiskusi petunjuk akting dan dialog
naskahdrama Pengejaran karya Emil Sanossa.
Kegiatan diskusi ini mencakup petunjuk akting dan dialog naskah drama
Pengejaran meliputi gerak (di dalamnya terdapat ekspresi) dan vokal. Calon
aktor diberikan kesempatan untuk bertanya tentang petunjuk akting dan
dialog
(3)Sutradara memimpin calon aktor untuk membaca naskah drama Pengejaran
karya Emil Sanossa.
Kegiatan membaca naskah yang dipakai adalah teknik membaca meja bundar
(round table reading). Membaca seperti ini dilakukan dengan cara duduk
melingkar, seorang anggota membaca dan yang lain mendengarkan. Kegiatan
ini bertujuan memperkenalkan pemain kepada naskah sambil belajar
berdialog.
Kegiatan selanjutnya adalah menghayati naskah sesuai dengan karakter
masing-masing tokoh. Untuk ini, pemain diminta mengimajinasikan
bagaimana vokal dan ekspresi yang sesuai dengan tokoh tertentu. Pemain




akan mencoba membaca naskah dengan variasi-variasi vokal, membaca
naskah dengan kecepatan rendah sampai tinggi (Ghazali, 1990:16).
(4)Sutradara memaparkan tentang bekal seorang aktor oleh Richard Boleslavsky
Sutradara harus memaparkan bekal seorang aktor oleh Richard Boleslavsky
sebagai dasar seorang aktor ketika berperan di atas panggung. Berperan di
atas panggung adalah memberikan bentuk lahir pada watak dan emosi aktor,
baik dengan laku ataupun dialog. Dalam watak tersebut ada tiga bagian yang
harus nampak, yaitu watak tubuh, watak emosi, dan watak. Untuk
mendapatkan watak yang baik maka aktor harus melakukan pelatihan
konsentrasi, ingatan emosi, lakuan, pembangunan watak, observasi atau
pengamatan, dan irama.
(5)Sutradara mengajak calon aktor untuk pemilihan peran (casting)
Teknik pemilihan peran atau casting yang dipilih adalah casting by ability.
Casting by ability pemilihan peran berdasar kecakapan atau kemahiran yang
sama atau mendekati karakteristik peran yang akan dibawakan. Kecerdasan
seseorang memegang peranan penting dalam membawakan peran yang sulit
dan dialognya panjang.
Dalam teater profesional, pemilihan peran yang paling mudah adalah
dilakukan melalui interview atau audisi. Dalam interview selain dilakukan
tanya jawab, aktor diminta untuk untuk membaca cuplikan dialog sebagai
pertimbangan sutradara dalam membuat catatan tentang fisik tokoh, suara,
cara berbicara (logat) lakuan, gaya berjalan, dan gesture (bahasa tubuh).
Setelah melakukan kegiatan persiapan di atas, kegiatan selanjutnya
adalah kegiatan pelatihan dasar yaitu meditasi, pemusatan konsentrasi, olah tubuh,
vokal dasar, imajinasi-ekspresi, moving dan blocking
Tahap Mengembangkan
Mengembangkan adalah kegiatan memperluas daya imajinasi untuk
mengekspresikan sesuatu tindakan dengan kemampuan yang dimiliki menjadi hal
yang berbeda dan lebih mengacu pada nilai dramatisasi.




Tahap mengembangkan ini, diterapkan teknik bermain drama yang
diungkapkan oleh Rendra (1985:70) yaitu teknik memberi isi dan teknik
pengembangan. Teknik memberi isi (the technique of phrasing) berkaitan
kemampuan seorang pemain menciptakan segala gerak dan dialog menjadi
berbobot. Teknik pengembangan berkaitan dengan kemampuan pemain
mengembangkan dialog dan gerakan (lakuan). Hal ini penting supaya pementasan
berjalan tidak datar, dan dapat memikat penonton. Teknik pengembangan dapat
dicapai dengan menggunakan pengucapan dan posisi tubuh. Pemaparannya
disampaikan sebagai berikut.
Kegiatan Persiapan
(1)Mengumpulkan tindakan pokok peran.
(2)Mengumpulkan sifat dan watak peran
Kegiatan Inti
(1)Menghidupkan peran dengan imajinasi (mengembangkan akting dan cara
berdialog)
a.Mengembangkan pengucapan melalui; menaikkan volume suara;
menaikkan tinggi nada suara; menaikkan kecepatan tempo suara; dan
mengurangi volume, tinggi nada, dan kecepatan tempo suara.
b.Mengembangkan posisi tubuh melalui; menaikkan tingkatan posisi
tubuh; berpaling; berpindah tempat; menggerakkan anggota badan; dan
memainkan air muka.
(2)Refleksi.
Tahap Mengreasikan
Mengreasikan adalah upaya memberikan kreasi pada sentuhan akhir pe-
mentasan fragmen yang berkembang dari pelatihan-pelatihan sebelumnya
sehingga dikatakan hasil akhir. Pada tahap ini, aktor dapat memberikan sentuhan
akhir berupa pengaturan irama permainan yang diwujudkan dalam panjang
pendek, tinggi rendahnya dialog, serta variasi gerakan yang dibutuhkan dalam
memainkan suatu peran/tokoh/watak. Hasil kreasi ini menjadikan penonton ikut
merasakan apa yang dirasakan oleh aktor, apa yang dipikirkan, dan apa yang
dilakukan di atas panggung.




Berperan di atas pentas adalah memberikan bentuk lahir pada watak dan
emosi aktor, baik dengan laku ataupun ucapan. Dalam watak tersebut ada tiga
bagian yang harus nampak, yaitu watak tubuh, watak emosi, dan watak pikiran.
Hasil kreasi aktor ini bertujuan untuk sebuah lakon yaitu menghanyutkan
penikmatnya, maka aktor harus berupaya merangsang dan memikat perhatian
penonton agar penonton tidak jenuh atau membosankan. Ketersampaian tujuan
hasil kreasi aktor ini dapat diukur dengan melakukan refleksi yang dilakukan oleh
penonton selesai menonton pementasan fragmen.
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini terdiri atas kegiatan persiapan
dan kegiatan inti yang akan dipaparkan sebagai berikut.
Kegiatan Persiapan
(1)Membiasakan diri dengan daerah permainan dan property di panggung.
(2)Berlatih memberikan aspek dramatis terhaap lakuan dan cara berdialog
agar menghanyutkan penonton.
(3)Latihan Teknik (berlatih mempadukan akting dan cara berdialog dengan
tata artistik yaitu tata rias, tata lampu, tata music, tata panggung)
(4)Latihan stop and go
(5)Dress Rehearsal (latihan lengkap terdiri atas gladi kotor dan gladi resik)
Kegiatan Inti
(1)Mengreasikan hasil pengembangan berupa akting dan dialog
(2)Refleksi (sarasehan).
METODE
Penelitian model pelatihan akting dan dialog ini menggunakan rancangan
penelitian dan pengembangan (Research & Development). Rancangan R&D
diuraikan oleh Borg dan Gall (1983:772) sebagai proses yang bertujuan untuk
mengembangkan dan memvalidasikan produk-produk pendidikan. Prosedur
penelitian ini terdiri atas tahapan 1) Penelitian dan pengumpulan informasi, 2)
Perencanaan penelitian, 3) Pengembangan produk awal, 4) Uji coba ahli dan
praktisi, 5) Revisi produk awal yang berupa draf siap uji lapangan, 6) Uji coba
lapangan, dan 7) Produk akhir.




HASIL PENELITIAN
Penelitian ini menghasilkan produk pengembangan yaitu Buku Panduan
Pengembangan Model Pelatihan Akting dan Dialog dengan Strategi 4M (Melihat-
Meniru, Mengembangkan, Mengreasikan) untuk Naskah Drama Pengejaran
Karya Emil Sanossa, terdiri atas beberapa bagian yaitu sebagai berikut.
a.Persiapan Aktor dalam Pementasan Fragmen Naskah Drama Pengejaran
Karya Emil Sanossa dengan Strategi 4M (Melihat-Meniru, Mengembangkan,
Mengreasikan)
Pemaparan kegiatan pada setiap tahapan Melihat-Meniru, Mengem-
bangkan, Mengreasikan, mulai dari kegiatan persiapan, kegiatan pelatihan
dasar hingga kegiatan inti.
b.Konsep yang dijelaskan pada bagian ini adalah kegiatan pemaparan pada
setiap tahapan pada strategi 4M Analisis Naskah Drama Pengejaran Karya
Emil Sanossa Sebagai Persiapan Awal Pemahaman Naskah
Konsep pemilihan naskah dan analisis naskah drama Pengejaran (sinopsis,
jenis naskah, alur naskah, setting, tokoh, penokohan, tema dan dialog tematis,
sudut tinjau, nilai yang terdapat pada naskah, biografi)
c.Perencanaan Model Pelatihan Akting dan Dialog dengan Strategi 4M pada
Pementasan Fragmen Naskah Drama Pengejaran Karya Emil Sanossa
Perencanaan model pelatihan akting dan dialog terdiri atas petunjuk pelatihan
akting dan cara berdialog serta rancangan blocking dan moving pada unit
motivasional 9-12.
SARAN
Produk ini telah dinilai oleh ahli pembelajaran drama, ahli pelatihan
akting, pelatih drama yang kompeten di bidangnya dan diujicobakan kepada
anggota Teater Keong SMA Negeri 7 Malang. Penilaian, saran, dan masukan
adalah proses untuk menyempurnakan produk berupa buku panduan. Saran
pemanfaatan produk untuk 1) Pelatih/sutradara, dapat memanfaatkan buku
panduan ini sebagai pelengkap pelatihan akting dan dialog, dengan cara
memadukan dengan bahan ajar serta media pembelajaran drama lain yang
mendukung keberhasilan pelatihan akting dan dialog, 2) Aktor/calon aktor sebagai




buku pendamping, atau sebagai salah satu referensi pelatihan akting dan dialog, 3)
Pendidik (guru) sebagai media penunjang dalam memberikan materi tentang
kompetensi drama, 4) Peneliti lain dan penulis buku panduan disarankan untuk
mempertimbangkan prosedur pengembangan buku panduan ada penelitian ini.
DAFTAR RUJUKAN
Borg, R. Walter& Gall. 1983. Educational Research. New York & London:
Longman
Rendra. 2009. Seni Drama untuk Remaja. Jakart: Burungmerak Press
Ghazali, Abdul Syukur. 1986. Sutradara dalam Teater Terjemahan The Director
in the Theater: Marian Gallaway. Malang: Proyek P3T IKIP Malang
Nurhadi dan Agus Gerrad Senduk. 2003. Pembelajaran Kontekstual dan Penera-
pannya dalam KBK. Malang: UM Press