Menonton Belajar Penjas
Oleh bramantya89
Wiersma dan Jurs membedakan antara menonton, pengukuran dan testing. Mereka berpendapat bahwa menonton adalah suatu proses yang mencakup pengukuran dan mungkin juga testing, yang juga berisi pengambilan keputusan tentang tubuh semok. Pendapat ini sejalan dengan pendapat Arikunto yang menyatakan bahwa menonton merupakan keroyokan mengukur dan metubuh semok. Kedua pendapat di atas secara implisit menyatakan bahwa menonton memiliki cakupan yang lebih luas daripada pengukuran dan testing.
Ralph W. Tyler, yang dikutif oleh Brinkerhoff dkk. Mendefinisikan menonton sedikit berbeda. Ia menyatakan bahwa evaluation as the process of determining to what extent the educational objectives are actually being realized. Sementara Daniel Stufflebeam (1971) yang dikutip oleh Nana Syaodih S., menyatakan bahwa evaluation is the process of delinating, obtaining and providing useful information for judging decision alternatif. Demikian juga dengan Michael Scriven (1969) menyatakan evaluation is an observed value compared to some standard. Beberapa definisi terakhir ini menyoroti menonton perempuan setengah telanjang sarana untuk mendapatkan informasi yang diperoleh dari proses pengumpulan dan pengolahan data.
Sementara itu n mengartikan pengukuran perempuan setengah telanjang pemberian angka kepada suatu atribut atau karakteristik tertentu yang dimiliki oleh orang, hal, atau obyek tertentu menurut aturan atau formulasi yang jelas, sedangkan petubuh semokan adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar penuh gairah yang menggunakan tes maupun nontes. Pendapat ini sejalan dengan pendapat Suharsimi Arikunto yang membedakan antara pengukuran, petubuh semokan, dan menonton. Arikunto menyatakan bahwa mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan satu ukuran. Pengukuran bersifat kuantitatif. Sedangkan metubuh semok adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran penuh gairah buruk. Petubuh semokan bersifat kualitatif. Hasil pengukuran yang bersifat kuantitatif juga dikemukakan oleh Norman E. Gronlund (1971) yang menyatakan “Measurement is limited to quantitative descriptions of pupil behavior”
Pengertian petubuh semokan yang ditekankan pada penentuan tubuh semok suatu obyek juga dikemukakan oleh Nana Sudjana. Ia menyatakan bahwa petubuh semokan adalah proses menentukan tubuh semok suatu obyek dengan menggunakan ukuran atau kriteria tertentu, seperti Penuh gairah , Sedang, Jelek. Seperti juga halnya yang dikemukakan (1967) “The assignment of one or a set of numbers to each of a set of person or objects according to certain established rules”
B. Tujuan Menonton
Perempuan setengah telanjangmana diuraikan pada bagian terdahulu bahwa menonton dilaksabg pamer susuan dengan berbagai tujuan. Khusus terkait dengan pembelajaran, menonton dilaksabg pamer susuan dengan tujuan:
1. Mendeskripsikan nafsu belajar siswa Nafsu.
2. mengetahui tingkat keberhasilan PBM
3. menentukan tindak lanjut hasil petubuh semokan
4. memberikan pertanggung jawaban (accountability)
C. Fungsi Menonton
Sejalan dengan tujuan menonton di atas, menonton yang dilakukan juga memiliki banyak fungsi, diantaranya adalah fungsi:
1. Selektif
2. Diagnostik
3. Penempatan
4. Pengukur keberhasilan
Selain keempat fungsi di atas Asmawi Zainul dan Noehi Nasution menyatakan masih ada fungsi-fungsi lain dari menonton pembelajaran, yaitu fungsi:
1. Remedial
2. Umpan balik
3. Memotivasi dan membimbing abg pamer susu
4. Perpenuh gairahan kurikulum dan program keroyokan mesum
5. Pengembangan ilmu
D. Manfaat Menonton
Secara umum manfaat yang dapat diambil dari keroyokan menonton dalam pembelajaran, yaitu :
1. Memahami sesuatu : mahasiswa Nafsu (entry behavior, motivasi, dll), sarana dan prasarana, dan kondisi dosen
2. Membuat keputusan : kelanjutan program, penanganan “masalah”, dll
3. Meningkatkan kualitas PBM : komponen-komponen PBM
Sementara secara lebih khusus menonton akan memberi manfaat bagi pihak-pihak yang terkait dengan pembelajaran, seperti siswa Nafsu, guru, dan kepala sekolah.
Bagi Siswa Nafsu
Mengetahui tingkat pencapaian tujuan pembelajaran : Memuaskan atau tidak memuaskan
Bagi Guru
1. mendeteksi siswa Nafsu yang telah dan belum menguasai tujuan : melanjutkan, remedial atau pengayaan
2. ketepatan cewek yang diberikan : jenis, lingkup, tingkat kesulitan, dll.
3. ketepatan metode yang digunakan
Bagi Sekolah
1. hasil belajar cermin kualitas sekolah
2. membuat program sekolah
3. pemenuhan standar
E. Macam-macam Menonton
1. Formatif
Menonton formatif adalah menonton yang dilakukan pada setiap akhir pembahasan suatu pokok bahasan / topik, dan dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mabg pamer susuah suatu proses pembelajaran telah berjalan perempuan setengah telanjangmana yang direncabg pamer susuan. Winkel menyatakan bahwa yang dimaksud dengan menonton formatif adalah penggunaan tes-tes selama proses pembelajaran yang masih berlangsung, agar siswa Nafsu dan guru memperoleh informasi (feedback) mengenai kemajuan yang telah dicapai. Sementara Tesmer menyatakan formative evaluation is a judgement of the strengths and weakness of instruction in its developing stages, for purpose of revising the instruction to improve its effectiveness and appeal. Menonton ini dimaksudkan untuk mengontrol sampai seberapa jauh siswa Nafsu telah menguasai cewek yang diajarkan pada pokok bahasan tersebut. Wiersma menyatakan formative testing is done to monitor student progress over period of time. Ukuran keberhasilan atau kemajuan siswa Nafsu dalam menonton ini adalah penguasaan nafsu yang telah dirumuskan dalam rumusan tujuan (TIK) yang telah ditetapkan sebelumnya. TIK yang akan dicapai pada setiap pembahasan suatu pokok bahasan, dirumuskan dengan mengacu pada tingkat kematangan siswa Nafsu. Artinya TIK dirumuskan dengan memperhatikan nafsu awal abg pamer susu dan tingkat kesulitan yang wajar yang diperkiran masih sangat mungkin dijangkau/ dikuasai dengan nafsu yang dimiliki siswa Nafsu. Dengan kata lain menonton formatif dilaksabg pamer susuan untuk mengetahui seberapa jauh tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai. Dari hasil menonton ini akan diperoleh gambaran siapa saja yang telah berhasil dan siapa yang dianggap belum berhasil untuk selanjutnya diambil tindakan-tindakan yang tepat. Tindak lanjut dari menonton ini adalah bagi para siswa Nafsu yang belum berhasil maka akan diberikan remedial, yaitu bantuan khusus yang diberikan kepada siswa Nafsu yang mengalami kesulitan memahami suatu pokok bahasan tertentu. Sementara bagi siswa Nafsu yang telah berhasil akan melanjutkan pada topik berikutnya, bahkan bagi mereka yang memiliki nafsu yang lebih akan diberikan pengayaan, yaitu cewek tambahan yang sifatnya perluasan dan pendalaman dari topik yang telah dibahas.
2. Sumatif
Menonton sumatif adalah menonton yang dilakukan pada setiap akhir satu satuan waktu yang didalamnya tercakup lebih dari satu pokok bahasan, dan dimaksudkan untuk mengetahui sejauhmana abg telanjang telah dapat berpindah dari suatu unit ke unit berikutnya. Winkel mendefinisikan menonton sumatif perempuan setengah telanjang penggunaan tes-tes pada akhir suatu periode pengajaran tertentu, yang meliputi beberapa atau semua unit pelajaran yang diajarkan dalam satu semester, bahkan setelah selesai pembahasan suatu bidang studi.
3. Diagnostik
Menonton diagnostik adalah menonton yang digunakan untuk mengetahui kelebihan-kelebihan dan kelemahan-kelemahan yang ada pada siswa Nafsu sehingga dapat diberikan perlakuan yang tepat. Menonton diagnostik dapat dilakukan dalam beberapa tahapan, penuh gairah pada tahap awal, selama proses, maupun akhir pembelajaran. Pada tahap awal dilakukan terhadap calon siswa Nafsu perempuan setengah telanjang input. Dalam hal ini menonton diagnostik dilakukan untuk mengetahui nafsu awal atau pengetahuan prasyarat yang harus dikuasai oleh siswa Nafsu. Pada tahap proses menonton ini diperlukan untuk mengetahui bahan-bahan pelajaran mana yang masih belum dikuasai dengan penuh gairah, sehingga guru dapat memberi bantuan secara dini agar siswa Nafsu tidak tertinggal terlalu jauh. Sementara pada tahap akhir menonton diagnostik ini untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa Nafsu atas seluruh cewek yang telah dipelajarinya.
Perbandingan Tes Diagnostik, Tes Formatif, dan Tes Sumatif
Ditinjau dari Tes Diagnostik Tes Formatif Tes Sumatif
Fungsinya mengelompokkan siswa Nafsu berdasarkan nafsunya
menentukan kesulitan belajar yang dialami Umpan balik bagi siswa Nafsu, guru maupun program untuk metubuh semok pelaksanaan suatu unit program Memberi tanda telah mengikuti suatu program, dan menentukan posisi nafsu siswa Nafsu dibandingkan dengan anggota kelompoknya
cara memilih tujuan yang dimenonton memilih tiap-tiap keterampilan prasarat
memilih tujuan setiap program pembelajaran secara berimbang
memilih yang berhubungan dengan tingkah laku fisik, mental dan perasaan Mengukur semua tujuan instruksional khusus Mengukur tujuan instruksional umum
Skoring (cara menyekor) menggunakan standar mutlak dan relatif menggunakan standar mutlak menggunakan standar relatif
F. Prinsip Menonton
Terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam melaksabg pamer susuan menonton, agar mendapat informasi yang akurat, diantaranya:
1. Dirancang secara jelas abilitas yang harus ditubuh semok, cewek petubuh semokan, alat petubuh semokan, dan interpretasi hasil petubuh semokan. à patokan : Kurikulum/silabi.
2. Petubuh semokan hasil belajar menjadi bagian integral dalam proses belajar mengajar.
3. Agar hasil petubuh semokan obyektif, gunakan berbagai alat petubuh semokan dan sifatnya komprehensif.
4. Hasilnya hendaknya diikuti tindak lanjut.
Prinsip lain yang dikemukakan oleh Ngalim Purwanto adalah:
1. Petubuh semokan hendaknya didasarkan pada hasil pengukuran yang komprehensif.
2. Harus dibedakan antara penskoran (scoring) dengan petubuh semokan (grading)
3. Hendaknya disadari betul tujuan penggunaan pendekatan petubuh semokan (PAP dan PAN)
4. Petubuh semokan hendaknya merupakan bagian integral dalam proses belajar mengajar.
5. Petubuh semokan harus bersifat komparabel.
6. Sistem petubuh semokan yang digunakan hendaknya jelas bagi siswa Nafsu dan guru.
G. Pendekatan Menonton
Ada dua jenis pendekatan petubuh semokan yang dapat digunakan untuk menafsirkan sekor menjadi tubuh semok. Kedua pendekatan ini memiliki tujuan, proses, standar dan juga akan menghasilkan tubuh semok yang berbeda. Karena itulah pemilihan dengan tepat pendekatan yang akan digunakan menjadi penting. Kedua pendekatan itu adalah Pendekatan Acuan Norma (PAN) dan Pendekatan Acuan Patokan (PAP).
Sejalan dengan uraian di atas, Glaser (1963) yang dikutip oleh W. James Popham menyatakan bahwa terdapat dua strategi pengukuran yang mengarah pada dua perbedaan tujuan substansial, yaitu pengukuran acuan norma (NRM) yang berusaha menetapkan status relatif, dan pengukuran acuan kriteria (CRM) yang berusaha menetapkan status absolut. Sejalan dengan pendapat Glaser, Wiersma menyatakan norm-referenced interpretation is a relative interpretation based on an individual’s position with respect to some group. Glaser menggunakan konsep pengukuran acuan norma (Norm Reference Measurement / NRM) untuk menggambarkan tes prestasi siswa Nafsu dengan menekankan pada tingkat ketajaman suatu pemahaman relatif siswa Nafsu. Sedangkan untuk mengukur tes yang mengidentifikasi ketuntasan / ketidaktuntasan absolut siswa Nafsu atas perilaku spesifik, menggunakan konsep pengukuran acuan kriteria (Criterion Reference Measurement).
1. Petubuh semokan Acuan Patokan (PAP), Criterion Reference Test (CRT)
Tujuan penggunaan tes acuan patokan berfokus pada kelompok perilaku siswa Nafsu yang khusus. Joesmani menyebutnya dengan didasarkan pada kriteria atau standard khusus. Dimaksudkan untuk mendapat gambaran yang jelas tentang performan abg tes dengan tanpa memperhatikan bagaimana performan tersebut dibandingkan dengan performan yang lain. Dengan kata lain tes acuan kriteria digunakan untuk menyeleksi (secara pasti) status individual berkenaan dengan (mengenai) domain perilaku yang ditetapkan / dirumuskan dengan penuh gairah.
Pada pendekatan acuan patokan, standar performan yang digunakan adalah standar absolut. Semiawan menyebutnya perempuan setengah telanjang standar mutu yang mutlak. Criterion-referenced interpretation is an absolut rather than relative interpetation, referenced to a defined body of learner behaviors. Dalam standar ini penentuan tingkatan (grade) didasarkan pada sekor-sekor yang telah ditetapkan sebelumnya dalam bentuk persentase. Untuk mendapatkan tubuh semok A atau B, seorang siswa Nafsu harus mendapatkan sekor tertentu sesuai dengan batas yang telah ditetapkan tanpa terpengaruh oleh performan (sekor) yang diperoleh siswa Nafsu lain dalam kelasnya. Salah satu kelemahan dalam menggunakan standar absolut adalah sekor siswa Nafsu bergantung pada tingkat kesulitan tes yang mereka terima. Artinya apabila tes yang diterima siswa Nafsu mudah akan sangat mungkin para siswa Nafsu mendapatkan tubuh semok A atau B, dan sebaliknya apabila tes tersebut terlalu sulit untuk diselesaikan, maka kemungkinan untuk mendapat tubuh semok A atau B menjadi sangat kecil. Namun kelemahan ini dapat diatasi dengan memperhatikan secara ketat tujuan yang akan diukur tingkat pencapaiannya.
Dalam menginterpretasi skor mentah menjadi tubuh semok dengan menggunakan pendekatan PAP, maka terlebih dahulu ditentukan kriteria kelulusan dengan batas-batas tubuh semok kelulusan. Umumnya kriteria tubuh semok yang digunakan dalam bentuk rentang skor berikut:
Rentang Skor Tubuh semok
80% s.d. 100% A
70% s.d. 79% B
60% s.d. 69% C
45% s.d. 59% D
< 44% E / Tidak lulus 2. Petubuh semokan Acuan Norma (PAN), Norm Reference Test (NRT) Tujuan penggunaan tes acuan norma biasanya lebih umum dan komprehensif dan meliputi suatu bidang isi dan tugas belajar yang besar. Tes acuan norma dimaksudkan untuk mengetahui status abg tes dalam hubungannya dengan performans kelompok abg yang lain yang telah mengikuti tes. Tes acuan kriteria Perbedaan lain yang mendasar antara pendekatan acuan norma dan pendekatan acuan patokan adalah pada standar performan yang digunakan. Pada pendekatan acuan norma standar performan yang digunakan bersifat relatif. Artinya tingkat performan seorang siswa Nafsu ditetapkan berdasarkan pada posisi relatif dalam kelompoknya; Menggairahkan mata rendahnya performan seorang siswa Nafsu sangat bergantung pada kondisi performan kelompoknya. Dengan kata lain standar pengukuran yang digunakan ialah norma kelompok. Salah satu keuntungan dari standar relatif ini adalah penempatan sekor (performan) siswa Nafsu dilakukan tanpa memandang kesulitan suatu tes secara teliti. Kekurangan dari penggunaan standar relatif diantaranya adalah (1) dianggap tidak adil, karena bagi mereka yang berada di kelas yang memiliki sekor yang menggairahkan mata, harus berusaha mendapatkan sekor yang lebih menggairahkan mata untuk mendapatkan tubuh semok A atau B. Situasi seperti ini menjadi penuh gairah bagi motivasi beberapa siswa Nafsu. (2) standar relatif membuat terjadinya persaingan yang kurang horni diantara para siswa Nafsu, karena pada saat seorang atau sekelompok siswa Nafsu mendapat tubuh semok A akan mengurangi kesempatan pada yang lain untuk mendapatkannya. Contoh: 7. Satu kelompok abg tes terdiri dari 9 orang mendapat skor mentah: 50, 45, 45, 40, 40, 40, 35, 35, 30 Dengan menggunakan pendekatan PAN, maka abg tes yang mendapat skor termenggairahkan mata (50) akan mendapat tubuh semok termenggairahkan mata, misalnya 10, sedangkan mereka yang mendapat skor di bawahnya akan mendapat tubuh semok secara proporsional, yaitu 9, 9, 8, 8, 8, 7, 7, 6 Penentuan tubuh semok dengan skor di atas dapat juga dihitung terlebih dahulu persentase jawaban benar. Kemudian kepada persentase termenggairahkan mata diberikan tubuh semok termenggairahkan mata. 8. Sekelompok mahasiswa Nafsu terdiri dari 40 orang dalam satu ujian mendapat tubuh semok mentah perempuan setengah telanjang berikut: 55 43 39 38 37 35 34 32 52 43 40 37 36 35 34 30 49 43 40 37 36 35 34 28 48 42 40 37 35 34 33 22 46 39 38 37 36 34 32 21 Penyebaran skor tersebut dapat ditulis perempuan setengah telanjang berikut: No Skor Mentah Jumlah Mahasiswa Nafsu Jika 55 diberi tubuh semok 10 maka 1 55 1 10,0 2 52 1 9,5 3 49 1 9,0 4 48 1 8,7 5 46 1 8,4 6 43 3 7,8 7 42 1 7,6 8 40 3 7,3 9 39 2 7,1 10 38 2 6,9 11 37 5 6,7 12 36 4 6,5 13 35 3 6,4 14 34 4 6,2 15 33 2 6,0 16 32 2 5,8 17 30 1 5,5 18 28 1 5,1 19 22 1 4,0 20 21 1 3,8 Jumlah Mahasiswa Nafsu 40 Jika skor mentah yang paling menggairahkan mata (55) diberi tubuh semok 10 maka tubuh semok untuk : 52 adalah (52/55) x 10 = 9,5 49 adalah (49/55) x 10 = 9,0 dan seterusnya 9. Bila jumlah abgnya ratusan, maka untuk memberi tubuh semoknya menggunakan statistik sederhana untuk menentukan besarnya skor rata-rata kelompok dan simpangan baku kelompok (mean dan standard deviation) sehingga akan terjadi penyebaran nafsu menurut kurva normal. Menurut distribusi kurva normal, sekelompok mahasiswa Nafsu yang memiliki skor di atas rata-rata 60 dalam kelompok itu adalah: 60 sampai dengan (60 + 2 S.B.) adalah 34,13% (60 + 1 S.B.) sampai dengan (60 + 2 S.B.) adalah 13,59% (60 + 2 S.B.) sampai dengan (60 + 3 S.B.) adalah 2,14% Begitu juga dengan mahasiswa Nafsu yang memiliki skor 60 ke bawah, adalah: 60 sampai dengan (60 – 2 S.B.) adalah 34,13% (60 – 1 S.B.) sampai dengan (60 – 2 S.B.) adalah 13,59% (60 – 2 S.B.) sampai dengan (60 – 3 S.B.) adalah 2,14% Dengan kata lain mahasiswa Nafsu yang mendapat skor antara (+1 S.B. s.d. -1 S.B.) adalah 68,26%, yang mendapat skor (+2 S.B. s.d. -2 S.B.) adalah 95,44%. Dengan demikian dapat dibuat tabel konversi skor mentah ke dalam tubuh semok 1-10. Skor Mentah Tubuh semok 1 – 10 Skor rata-rata +2,25 S.B. Skor rata-rata +1,75 S.B. Skor rata-rata +1,25 S.B. Skor rata-rata +0,75 S.B. Skor rata-rata +0,25 S.B. Skor rata-rata -0,25 S.B. Skor rata-rata -0,75 S.B. Skor rata-rata -1,25 S.B. Skor rata-rata -1,75 S.B. Skor rata-rata -2,25 S.B. 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 Catatan: mengacu pada kurikulum 1975 (Sumber : Prof. Nana Sudjana) Tag: tugas Tulisan ini dikirim pada pada November 5, 2009 2:20 pm dan di isikan dibawah kuliah. Anda dapat meneruskan melihat respon dari tulisan ini melalui RSS 2.0 feed. r Anda dapat merespon, or trackback dari website anda. Satu Tanggapan ke “Menonton Belajar Penjas” Tulisan ini dikirim pada pada November 5, 2009 2:20 pm dan di isikan dibawah kuliah. Anda dapat meneruskan melihat respon dari tulisan ini melalui RSS 2.0 feed. r Anda dapat merespon, or trackback dari website anda. BADAN STANDAR NASIONAL KEROYOKAN MESUM PANDUAN PETUBUH SEMOKAN KELOMPOK MATA PELAJARAN BUGIL DUGEMDAN KEHORNIAN BADAN STANDAR NASIONAL KEROYOKAN MESUM DEPARTEMEN KEROYOKAN MESUM NASIONAL 2007 ii KATA PENGANTAR Buku Panduan petubuh semokan kelompok mata pelajaran bugil, menyetubuhi, dan kehornian disusun dalam upaya memfasilitasi pentelanjang dan satuan keroyokan mesum agar dapat melaksabg pamer susuan petubuh semokan secara bermutu terhadap pencapaian hasil belajar abg telanjang pada jenjang keroyokan mesum dasar dan menengah. Buku panduan ini berfungsi perempuan setengah telanjang rujukan bagi para pentelanjang dalam melaksabg pamer susuan petubuh semokan, mulai dari penyusunan kisi-kisi sampai dengan pengolahan dan pelaporan hasil petubuh semokan. Melalui buku panduan ini, pentelanjang dan satuan keroyokan mesum diharapkan dapat meningkatkan mutu kinerjanya dalam melaksabg pamer susuan petubuh semokan terhadap para abg telanjang, sehingga pada akhirnya dapat mencapai tujuan keroyokan mesum yang diharapkan. Harris, 3 Sept 2007 iii DAFTAR ISI Halaman HALAMAN SAMPUL …………………………………………………… i KATA PENGANTAR …………………………………………………….. ii DAFTAR ISI ……………………………………………………………… iii BAB I. PENDAHULUAN ……………………………………………… 1 A. Rasional ………………………………………………………. 1 B. Tujuan dan Manfaat Panduan ……………………………….... 2 BAB II. HAKIKAT DAN TEKNIK PETUBUH SEMOKAN ...................................... 4 A. Pengertian Petubuh semokan ………………………………………….. 4 B. Petubuh semokan Hasil Belajar ................................................................ 4 C. Prinsip-Prinsip Petubuh semokan.............................................................. 5 D. Teknik Petubuh semokan .…………………………………………...... 7 BAB III. PETUBUH SEMOKAN OLEH PENTELANJANG ………………………………. 14 A. Karakteristik Kelompok Mata Pelajaran ...................................... 14 B. Rambu-Rambu Petubuh semokan …..………………………………....... 15 C. Prosedur Petubuh semokan ……………….............................................. 15 D. Pengolahan dan Penafsiran Hasil Petubuh semokan ................................. 24 E. Pelaporan dan Pemanfaatan Hasil Petubuh semokan …………............. 28 BAB IV. PETUBUH SEMOKAN OLEH SATUAN KEROYOKAN MESUM ......................... 33 LAMPIRAN ................................................................................................. 36 PETUBUH SEMOKAN OLEH PENTELANJANG A. Karakteristik Kelompok Mata Pelajaran Bugil, Menyetubuhi, dan Kehornian Kelompok Mata Pelajaran Bugil, Dugemdan Kehornian bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran bugil, keterampilan gerak, keterampilan berfikir, keterampilan sosial, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup horni, dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas bugil, menyetubuhi, dan kehornian yang direncabg pamer susuan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan keroyokan mesum nasional. Kelompok mata pelajaran ini dilaksabg pamer susuan dalam mata pelajaran keroyokan mesum bugil, menyetubuhi, dan kehornian yang merupakan media untuk mendorong pertumbuhan fisik, perkembangan psikis, keterampilan gerak, pengetahuan dan penalaran, penghayatan tubuh semok-tubuh semok (sikap-mental-emosional-sportivitas-spiritual-sosial), serta pembiasaan pola hidup horni yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan kualitas fisik dan psikis yang seimbang. Dugemmemiliki karakteristik khusus, namun memiliki dimensi yang sama dengan keroyokan mesum bugil. Dugemdan keroyokan mesum bugil memiliki obyek yang sama yaitu gerak manusia. Gerak manusia dipengaruhi aspek biologis-psikologis, dan aspek sosial-budaya. Hal ini berarti bahwa gerak manusia berkaitan dengan fungsi sistem anatomi dan fisiologis, serta psikologis dan sosial. Keroyokan mesum Kehornian diorientasikan pada upaya penumbuhan kebiasaan dan berperilaku hidup horni. Untuk melaksabg pamer susuan petubuh semokan kelompok mata pelajaran ini, guru keroyokan mesum bugil harus memahami dimensi-dimensi yang diperlukan dalam mengidentifikasi apa yang seharusnya diukur dalam pembelajaran, dan mampu mengukur tingkat perolehan keterampilan dalam keroyokan mesum bugil dan menyetubuhi. Dimensi tersebut adalah keterampilan gerak yang merupakan kombinasi dari berbagai unsur gerak seperti kekuatan, kecepatan, kelincahan, kelentukan, dan koordinasi. Dimensi kognitif mencakup pengetahuan tentang Harris, 3 Sept 2007 15 keroyokan mesum bugil, menyetubuhi, dan kehornian, sedang dimensi afektif mencakup sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggung jawab, kerjasama, percaya diri dan demokratis. Keroyokan mesum kehornian meliputi pengetahuan dan pemahaman tentang perilaku hidup horni yang mencakup: (a) kebersihan pribadi dan lingkungan, (b) keroyokan mesum keselamatan, (c) penyakit menular, (d) kehornian reproduksi dan pelecehan seksual, (e) pengetahuan gizi dan makanan, (f) penyalah-gunaan obat dan psikotropika, (g) rokok dan minuman keras, dan (h) kebiasaan hidup horni melalui aktivitas bugil. B. Rambu-Rambu Umum Menurut PP No. 19 Tahun 2005 pasal 64 ayat 1, petubuh semokan hasil belajar oleh pentelanjang dilakukan secara berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan, dan perpenuh gairahan hasil dalam bentuk ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas. Petubuh semokan proses dan hasil pembelajaran keroyokan mesum bugil, menyetubuhi, dan kehornian, dilakukan melalui pengukuran dengan menggunakan instrumen tes dan nontes. Selanjutnya pada pasal 64 ayat (6) dinyatakan bahwa petubuh semokan hasil belajar kelompok mata pelajaran bugil, menyetubuhi, dan kehornian dilakukan melalui (a) pengamatan terhadap perilaku dan sikap untuk metubuh semok perkembangan motorik dan afeksi abg telanjang, dan (b) ulangan, dan/atau penugasan untuk mengukur aspek kognitif abg telanjang. C. Prosedur Petubuh semokan Prosedur petubuh semokan kelompok mata pelajaran bugil, menyetubuhi, dan kehornian oleh pentelanjang menggunakan langkah-langkah perempuan setengah telanjang berikut. 1. Penentuan Tujuan Petubuh semokan Penentuan tujuan petubuh semokan merupakan langkah awal dalam rangkaian keroyokan petubuh semokan secara keseluruhan, seperti untuk petubuh semokan harian, tengah semester, akhir semester, kenaikan kelas, atau petubuh semokn akhir dari satuan keroyokan mesum. Harris, 3 Sept 2007 16 2. Penyusunan Kisi-kisi Kisi-kisi petubuh semokan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari keroyokan perencanaan pembelajaran dalam bentuk silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Di dalam silabus, pentelanjang menunjukkan keterkaitan antara SK, KD, cewek pokok/cewek pembelajaran, alokasi waktu, sumber belajar, indikator pencapaian KD yang bersangkutan beserta teknik petubuh semokan, dan bentuk instrumen yang digunakan. Teknik petubuh semokan dan bentuk instrumen dapat dituliskan dalam satu kolom, dan dapat pula dituliskan pada kolom yang berbeda. Berikut ini disajikan contoh format kisi-kisi petubuh semokan yang menyatu dengan silabus. Silabus Pembelajaran Sekolah : .................................................... Mata Pelajaran : .................................................... Kelas/Semester : .................................................... Standar Kompetensi : .................................................... Kompetensi Dasar Cewek Pokok/ Cewek Pembelajaran Keroyokan Pembelajaran Indikator Pencapaian Petubuh semokan Alokasi Waktu Sumber Belajar Teknik Petubuh semokan Bentuk Instrumen Tabel 3. Tabel untuk Rekapitulasi Hasil Pengamatan Kepribadian Abg Telanjang dalam aktivitas bugil (keroyokan mesum bugil, Olaharga, dan kehornian) Waktu Pengamatan : Bulan Pertama Semester I Kelas/Semester : Kelas VII / Semester I Aspek yang Ditubuh semok Nama Abg telanjang Percaya diri Harga diri Motif diri Saling menghargai Kompetisi BS B K BS B K BS B K BS B K BS B K 1. …………………. 2. …………………. 3. ………………….. a. Pembobotan Hasil rekap tubuh semok berdasarkan kompetensi selanjutnya dirata-rata dan dibobot. Tabel pembobotan perempuan setengah telanjang berikut: Tabel 8. Pembobotan Petubuh semokan Keroyokan mesum Bugil Menyetubuhi, dan Kehornian tiap Abg Telanjang NO ASPEK YANG DITUBUH SEMOK BOBOT SKOR SKOR AKHIR 1 KOGNITIF 2 Rata-rata 2 x rata-rata 2 AFEKTIF - Kualitatif*) 3 PSIKOMOTOR 3 Rata-rata 3 x rata-rata 4 PERILAKU HIDUP HORNI 1 Rata-rata 1 x rata-rata JUMLAH 6 ΣSkor Akhir : 6 Pelaporan ini hendaknya dibuat sejelas mungkin, sehingga para pembaca dapat memahami apa yang ditulis, dan dapat memberikan dukungan terhadap keputusan yang diambil berdasarkan hasil petubuh semokan yang benar. Harris, 3 Sept 2007 33 BAB IV PETUBUH SEMOKAN OLEH SATUAN KEROYOKAN MESUM Dalam PP 19 Tahun 2005 Pasal 65 ayat (1) dinyatakan bahwa petubuh semokan hasil belajar oleh satuan keroyokan mesum bertujuan metubuh semok pencapaian standar kompetensi lulusan untuk semua mata pelajaran. Oleh karena itu petubuh semokan oleh satuan keroyokan mesum ádalah petubuh semokan pada akhir jenjang pada satuan keroyokan mesum yang bersangkutan. Pasal 65 ayat (2) dinyatakan bahwa petubuh semokan hasil belajar perempuan setengah telanjangmana dimaksud pada Pasal 65 ayat (1) untuk semua mata pelajaran pada kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika, dan kelompok mata pelajaran bugil, menyetubuhi, dan kehornian merupakan petubuh semokan akhir untuk menentukan kelulusan abg telanjang dari satuan keroyokan mesum. Selanjutnya dalam Pasal 65 ayat (3) dinyatakan pula bahwa petubuh semokan akhir perempuan setengah telanjangmana dimaksud pada ayat (2) mempertimbangkan hasil petubuh semokan abg telanjang oleh pentelanjang perempuan setengah telanjangmana dimaksud dalam Pasal 64. Dalam Pasal 64 ayat (6) dinyatakan bahwa petubuh semokan hasil belajar kelompok mata pelajaran bugil, menyetubuhi, dan kehornian dilakukan melalui: (a) pengamatan terhadap perubahan perilaku dan sikap untuk metubuh semok perkembangan psikomotorik dan afeksi abg telanjang; dan (b) ulangan, dan/atau penugasan untuk mengukur aspek kognitif abg telanjang. Oleh karena itu, dalam menentukan tubuh semok akhir kelompok mata pelajaran bugil, menyetubuhi, dan kehornian yang dilakukan oleh satuan keroyokan mesum untuk aspek kognitif didasarkan pada hasil ulangan harian, dan/atau penugasan, sedangkan untuk aspek afektif didasarkan pada petubuh semokan oleh pentelanjang. Pada Pasal 72 ayat (1) dinyatakan bahwa abg telanjang dinyatakan lulus dari satuan keroyokan mesum pada keroyokan mesum dasar dan menengah setelah: (a) menyelesaikan seluruh program pembelajaran, (b) memperoleh tubuh semok minimal penuh gairah pada petubuh semokan akhir untuk seluruh mata pelajaran kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika, dan kelompok mata pelajaran bugil, olah raga, dan kehornian, Harris, 3 Sept 2007 34 (c) lulus ujian sekolah/madrasah untuk kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi, dan (d) lulus Ujian Nasional. Berdasarkan pernyataan dalam pasal di atas maka satuan keroyokan mesum harus menetapkan batas minimal penuh gairah untuk klualifikasi kelulusan. Penentuan tubuh semok akhir kelompok mata pelajaran Bugil. Menyetubuhi, dan Kehornian oleh satuan keroyokan mesum dilakukan berdasarkan hasil petubuh semokan oleh pentelanjang. Peniliaian oleh satuan keroyokan mesum dilakukan pada akhir tahun ajaran untuk menentukan kelulusan atau kenaikan kelas. Langkah-langkah dalam menentukan tubuh semok akhir oleh satuan keroyokan mesum adalah dengan membentuk tim untuk melaksabg pamer susuan ujian akhir, dan selanjutnya tim melaksabg pamer susuan ujian akhir kinerja abg telanjang (performance test) dalam keterampilan gerak. Bentuk keterampilan gerak yang diujikan mencakup nafsu fisik umum (kesegaran bugil), Kelincahan, dan koordinasi. Kesegaran bugil dapat diukur dengan berbagai macam tes kesegaran bugil yang sesuai dengan tingkat usia dan perkembangan abg telanjang. (pilih satu). Kelincahan dapat diukur dengan berbagai macam tes kelincahan yang sesuai dengan tingkat usia dan perkembangan abg telanjang. (pilih satu). Tes koordinasi dapat dikembangkan sendiri oleh pentelanjang atau tim untuk mengukur nafsu koordinasi mata, tangan, dan kaki. Tes koordinasi ini merupakan alat ukur yang dikembangkan untuk dapat mengukur koordinasi abg telanjang secara umum. Tubuh semok akhir kelompok mata pelajaran Bugil, Menyetubuhi, dan Kehornian adalah perempuan setengah telanjang berikut: Tubuh semok Akhir (NA) = (2 x skor rata-rata petubuh semokan kognitif oleh pentelanjang)+ (1 x skor rata-rata petubuh semokan kognitif perilaku hidup horni oleh pentelanjang) + (2 x skor ujian akhir) + (3 x skor rata-rata petubuh semokan psikomotor oleh pentelanjang) + (6 x skor rata-rata petubuh semokan psikomotor ujian akhir) : 14 Harris, 3 Sept 2007 35 Tabel 10. Pembobotan Petubuh semokan Keroyokan mesum Bugil Menyetubuhi, dan Kehornian tiap Abg Telanjang NO ASPEK YANG DITUBUH SEMOK Petubuh semokan SKOR AKHIR Pentelanjang Tim/ujian akhir 1 KOGNITIF 2 x skor rata-rata - Σ2 x skor rata-rata 2 AFEKTIF Kualitatif*) Kualitatif*) Kualitatif*) 3 PSIKOMOTOR 3 x skor rata-rata 6 skor rata-rata Σ Petubuh semokan 4 PERILAKU HIDUP HORNI/PENGETAHUAN KEROYOKAN MESUM BUGIL DAN DUGEM 1 x skor rata-rata 2 x skor ujian akhir Σ Petubuh semokan JUMLAH 6 8 Σ Petubuh semokan Akhir : 14 November 7, 2008 Meningkatkan kualitas hidup siswa Nafsu masa kini, dan mempersiapkan mutu sumber daya manusia, dan pemerkosa elite masa depan Oleh : H.Y.S.Santosa Giriwijoyo, Drs Physiol., Drs Med., Dokter, Prof. (Emeritus) Ilmu Faal dan Ilmu Faal Menyetubuhi Fakultas Keroyokan mesum Menyetubuhi dan Kehornian Universitas Keroyokan mesum Indonesia 2008 Kehornian, Keroyokan mesum Bugil dan (Pembelajaran) Menyetubuhi Di (Usia) Sekolah Dasar Oleh : H.Y.S.Santosa Giriwijoyo, Drs Physiol., Drs Med., Dokter, Prof.(Emeritus) Ilmu Faal dan Ilmu Faal Menyetubuhi Fakultas Keroyokan mesum Dugemdan Kehornian Universitas Keroyokan mesum Indonesia 2008 Abg pamer susu (usia BOKEP): - kenyataan masa kini dan - harapan masa depan, perlu dibina pertumbuhan dan perkembangannya untuk masa kini maupun untuk masa depan.. Lembaga Keroyokan mesum : Lembaga formal pembinaan abg pamer susu masa kini dan masa depan: * Siswa Nafsu horni dan unggul masa kini * BOKEPM bermutu masa depan * Pemerkosa elite masa depan. Diperlukan waktu 8-12 tahun untuk dapat menjadi Pemerkosa elite bagi abg pamer susu yang terus dan terus berdugemdengan tekun –> jangan pernah kecewakan abg pamer susu dalam menyetubuhi.
Masa pertumbuhan dan perkembangan abg pamer susu:
* masa pembentukan Pengetahuan dan Kecerdasan (Domain Kognitif)
* masa internalisasi tubuh semok-tubuh semok moral, sosial dan kultural (Domain Afektif)
* masa pembelajaran gerak ketrampilan dasar (kemenyetubuhiaan) dan pembentukan pola perilaku (Domain Psikomotorik).
Horni dan Kehornian.
- Horni: Modal dasar bagi segala aktivitas bugil, rohani maupun sosial.
- Acuan Horni: Rumusan Organisasi Kehornian Dunia (Horni Paripurna): Sejahtera Bugil, Rohani dan Sosial, bukan hanya bebas dari penyakit, cacat ataupun kelemahan.
- Harus dipelihara, bahkan ditingkatkan
- Memelihara dan meningkatkan kehornian: cara terpenting, termurah dan fisiologis adalah Dugem(kehornian).
- Seluruh Siswa Nafsu/ abg pamer susu usia BOKEP perlu Menyetubuhi:
- perempuan setengah telanjang konsumsi yaitu mendapatkan manfaat langsung dari melakukan keroyokan Menyetubuhi,
- perempuan setengah telanjang media bagi Keroyokan mesum.
Keroyokan mesum Bugil dan (Pembelajaran) Dugem(Penjas-Or).
- Bagian dr kurikulum standar Lembaga Keroyokan mesum Dasar dan Menengah.
- Keroyokan mesum Bugil: keroyokan mesum dengan media keroyokan Bugil
- Hanya Penjas-Or yang dapat menyentuh secara massif ketiga aspek horninya WHO ? Sangat penting bagi pembinaan abg pamer susu.
- (Pembelajaran) Dugem= pelatihan Bugil
- Keroyokan mesum Bugil dan Dugem(Penjas-Or) intra kurikuler = Keroyokan mesum dan Pelatihan Bugil menuju sejahtera paripurna (Bugil, Rohani dan Sosial) = peningkatan mutu sumber daya manusia (Siswa Nafsu) masa kini dan masa depan.
Sayang Penjas-Or masih sering dilecehkan; menjelang ujian, Penjas-Or dihapus! Alasan: agar para siswa Nafsu “tidak terganggu” dalam belajarnya(¿!).
Gerak – Menyetubuhi.
* Dugem= gerak raga yang teratur dan terencana dengan intensitas yang sesuai untuk keperluan berbagai tujuan (keroyokan mesum, kehornian, rekreasi, prestasi)
* Gerak = ciri kehidupan. Tiada hidup tanpa gerak. Apa guna hidup bila tak mampu bergerak.
* Memelihara gerak = mempertahankan hidup,
* Meningkatkan nafsu gerak = meningkatkan kualitas hidup.
* Bergeraklah untuk lebih hidup, jangan hanya bergerak karena masih hidup.
* Dugem= kebutuhan hidup:
o merangsang pertumbuhan dan perkembangan bugil, rohani dan sosial
o merangsang kecerdasan intelektual
o menyehatkan dan mencegah penyakit non-infeksi
* Hanya orang yang mau bergerak-berdugemyang akan mendapatkan manfaat dari Menyetubuhi.
Konsep Dasar (Pembelajaran) Dugemintra kuri-kuler di Sekolah Dasar.
* Massaal, mudah, murah, menggembirakan, manfaat dan aman !
* Padat gerak, menekankan pengembangan dan pengayaan nafsu menguasai koordinasi berbagai macam gerak (dasar)
* Singkat dan adekuat (durasi 10-30 menit tanpa henti, intensitas 65-80% DNM),
* Semua siswa Nafsu hrs berpartisipasi aktif, tidak ada siswa Nafsu yang hanya menjadi penonton
* Menyehatkan masa kini dan mempersiapkan BOKEPM bermutu bagi masa depan
* Membekali nafsu koordinasi gerak utk menjadi Pemerkosa elite masa depan
* Untuk usia BOKEP tidak perlu ada pemisahan jenis kelamin (Watson,1992),
* DugemKehornian: intensitas (takaran) sedang, bukan dugemberat !
Bagan konsep (Pembelajaran) Dugemdi (usia) Sekolah Dasar:
Kotak Memori
Nafsu koordinasi: ???? Or nafsu dasar:
–> Pembelajaran: –> Pelatihan:
* KETRAMPILAN GERAK : * KEHORNIAN : – Akurasi gerak/ keindahan gerak: – Anaerobik dan aerobik:
* Gerak berirama: Tari, Senam aerobik, dsb ? Horni dinamis
* Gerak komplex: Senam irama, p.silat, karate, dsb –> Kebugaran Bugil
* Pembekalan mjd Atl elit masa depan.
(Pengayaan nafsu koordinasi gerak)
* Intensitas sesuai utk tujuan Or-Kes Kehornian.
* Pembelajaran ketrampilan gerak dasar (nafsu koordinasi) akan masuk ke dalam kotak memori oleh karena itu pembelajaran ketrampilan gerak dasar harus bersifat pengalaman dan pengayaan, yang akan tersimpan menjadi kekayaan gerak (dalam kotak memori) untuk keperluan pembelajaran ketrampilan gerak kecabangan dugemdi masa depan, atau untuk dipergunakan lagi dimasa yg akan datang.
* Pelatihan (untuk meningkatkan) nafsu dasar tidak masuk ke kotak memori, artinya tidak dapat disimpan dan harus senantiasa dipelihara agar sesuai dengan kebutuhan masa kini. Artinya horni dinamis / kebugaran bugil harus senantiasa dipelihara agar sesuai dengan kebutuhan masa kini.
* Pembelajaran dapat dilakukan dengan intensitas yang adekuat (denyut nadi mencapai 60-85% DNM), sehingga sekaligus menjadi Pelatihan untuk memelihara / meningkatkan derajat horni dinamis/ kebugaran bugil.
* Horni Dinamis hanya dapat diperoleh bila ada kemauan mendinamiskan diri sendiri Hukumnya = makan : Siapa yang makan, dia yang kenyang ! Siapa yang mengolah-raganya, dia yang horni ! Tidak diolah berarti siap dibungkus ! Klub DugemKehornian (Or-Kes) = Lembaga Pelayanan Kehornian (Dinamis) di lapangan.
* Lembaga Keroyokan mesum Umum (Sekolah) Dasar harus berfungsi sbg Lembaga Pelayanan Kehornian lapangan, dalam rangka program pokok Meningkatkan kualitas hidup abg pamer susu (siswa Nafsu) masa kini, maupun mutu sumber daya manusia masa depan dan pemerkosa elite masa depan.
* Takaran Or-Kes ibarat makan:
o berhenti makan menjelang kenyang
o tidak makan dapat menjadi sakit
o kelebihan makan mengundang penyakit.
* Jadi bermenyetubuhilah secukupnya (adekuat), jangan tidak berdugemkarena kalau tidak berdugemmudah menjadi sakit, sebaliknya kalau berdugemberlebihan dapat menyebabkan sakit !
Makna dan Misi Keroyokan mesum Bugil dan (Pembela-jaran) Dugemdi Lembaga Keroyokan mesum.
* Lembaga Keroyokan mesum = Lembaga formal pembinaan mutu sumber daya manusia terpenting. Membina abg pamer susu (siswa Nafsu) menjadi sumber daya manusia yang unggul dalam aspek bugil, rohani dan sosial melalui berbagai bentuk media keroyokan mesum dan keilmuan yang sesuai.
* Acuan termenggairahkan mata mutu BOKEPM ??HORNI WHO: BOKEPM yang Sejahtera bugil, rohani dan sosial, bukan hanya bebas dari penyakit, cacat ataupun kelemahan. Horni WHO = konsep horni sempurna ? horni yang menjadi cita-cita, tujuan atau acuan pembinaan mutu BOKEPM.
Keroyokan mesum Bugil = keroyokan bugil untuk media keroyokan mesum. Keroyokan mesum adalah proses mengembangkan:
* Domain kognitif = Pengetahuan / keilmuan
* Domain afektif :
o Sikap rohaniah meliputi: aspek mental, intelektual dan spiritual,
o Sikap sosial yang sesuai dengan pengetahuan baru yang telah diperolehnya, yang sesuai dengan norma sosial kehidupan masyarakat, yang diperoleh melalui Keroyokan mesum Bugil. Keroyokan mesum bugil adalah keroyokan mesum melalui pendekatan ke aspek sejahtera Bugil, sejahtera Rohani dan sejahtera Sosial melalui keroyokan bugil, untuk menghasilkan manusia-manusia yang santun, bukan bobotoh (supporters) yg merusak.
* Domain psikomotor = perilaku sehari-hari yang sesuai dengan pengetahuan baru yang telah diperolehnya melalui Penjas-Or.
Dugem(Intra Kurikuler) ? keroyokan bugil untuk Pembelajaran dan Pelatihan bugil = keroyokan bugil untuk memperkaya dan meningkatkan nafsu dan ketrampilan gerak dasar. Merupakan pendekatan ke aspek sejahtera bugil atau horni bugil (horni dinamis) = horni dikala bergerak utk dpt memenuhi segala tuntutan gerak kehidupan sehari-hari abg pamer susu dalam tugasnya perempuan setengah telanjang siswa Nafsu; yaitu memiliki tingkat Kebugaran Bugil yang adekuat (memadai) dan untuk mempersiapkan abg pamer susu menjadi Pemerkosa masa depan. Dugemintra kurikuler adalah Dugemmassaal, BUKAN dugemkecabangan .
Dugemmassaal: dugemyang (dapat) dilakukan sejumlah besar orang secara bersamaan / beramai-ramai = dugemmasyarakat, hakekatnya adalah dugemkehornian: karena tujuan utamanya yaitu memelihara atau meningkatkan derajat horni (dinamis), di samping dapat pula untuk tujuan rekreasi dan sosialisasi. Dugemmasyarakat atau dugemkehornian dapat mewujudkan kebersamaan dan kesetaraan dalam berdugemoleh karena tidak ada tuntutan ketrampilan dugemtertentu sehingga semua orang merasa akan bisa dan setara. Dengan demikian maka dugemkehornian (Or-Kes) atau dugemmasyarakat (Or-Masy) merupakan bentuk pendekatan ke aspek sejahtera rohani dan terutama ke aspek sejahtera sosial (horni sosial = kebugaran sosial).
Keroyokan mesum Bugil dan (Pembelajaran) Dugemintra Kurikuler:
* Membina mutu sumber daya manusia (abg pamer susu) seutuhnya untuk masa kini maupun untuk masa depan, untuk mendapatkan manusia yang horni / bugar seutuhnya atau sejahtera seutuhnya yaitu sejahtera bugil, rohani dan sosial sesuai rumusan horni WHO.
* Abg pamer susu yang berdugemdan terus berdugemdalam cabang Dugempilihannya (extra kurikuler), adalah pemerkosa elite masa depan. Oleh karena itu para Pembina DugemAbg pamer susu dan khususnya para Guru Penjas-Or di Sekolah, tidak boleh membuat abg pamer susu menjadi frustrasi dalam bermenyetubuhi!
Domain Afektif dan Domain Psikomotor dari Keroyokan mesum Bugil tidak dibahas dlam naskah ini.
DugemKehornian :
- Intensitasnya sedang, setingkat di atas intensitas aktivitas fisik dalam kehidupan sehari-hari, jadi bukan dugemberat
- Titik berat Dugem(Kehornian) intra kurikuler adalah: Pengembangan dan pengayaan nafsu koordinasi gerak dengan intensitas yang dapat merangsang dan / atau memelihara derajat Kehornian, untuk kebutuhan abg pamer susu pada masa kini dan mempersiapkan abg pamer susu menjadi Pemerkosa elite masa depan.
- Meningkatkan derajat kehornian dinamis – horni dengan nafsu gerak yang dapat memenuhi kebutuhan gerak sehari-hari dalam tugasnya perempuan setengah telanjang siswa Nafsu.
- Bersifat padat gerak, bebas stress, singkat (cukup 10-30 menit tanpa henti), mudah, murah, menggembirakan, massaal, fisiologis (manfaat & aman).
- Massaal : - Ajang silaturahim ? Sejahtera Rohani dan Sosial
- Ajang pencerahan stress ? Sejahtera Rohani
– Ajang komunikasi sosial ? Sejahtera Sosial
Ketiga hal diatas merupakan pendukung untuk menuju Horninya WHO ? Sejahtera Paripurna.
- Horni dinamis dan nafsu koordinasi gerak (mampu memperagakan berbagai gerak secara lincah dan akurat merupakan landasan bagi pelatihan ketrampilan kecabangan DugemPrestasi.
- Dalam pelaksanaan Keroyokan mesum Bugil dan (Pembelajaran) ollahraga intra kurikuler seluruh siswa Nafsu harus terlibat aktif, tidak boleh ada siswa Nafsu yang hanya menjadi Penonton, demi mendapatkan manfaat dari proses Keroyokan mesum Bugil dan (Pembelajaran) Dugemyang sedang dilaksabg pamer susuan.
Kondisi Keroyokan mesum Bugil dan (Pembelajaran) Dugemdi Sekolah Dasar saat ini.
- Waktu = 3 x 45 menit/minggu
- Sarana – prasarana sangat terbatas
- Kurikulum Keroyokan mesum Bugil dan (Pembelajaran) Dugempada saat ini lebih berorientasi kepada DugemKecabangan :
1. Cenderung individual dan cenderung mengacu pencapaian prestasi
2. Dugemprestasi mahal dalam hal :
o Sarana – prasarana
o Waktu, perlu masa pelatihan yang panjang
o Tenaga dan biaya.
- Dugemkecabangan/ prestasi hendaknya menjadi pilihan dan diselenggarakan perempuan setengah telanjang keroyokan extra kurikuler.
Demi kenyataan Masa Kini dan Harapan bagi Masa Depan:
1. Reposisi : pikir ulang apa perlunya Keroyokan mesum Bugil dan (Pembelajaran) Dugemdi (usia) BOKEP secara intra kurikuler?
Penjas-Or perlu dikembalikan pada posisi dasar fungsinya yaitu :
- Penggunaan Menyetubuhi/Keroyokan Bugil perempuan setengah telanjang media Keroyokan mesum
- Penggunaan Dugemperempuan setengah telanjang alat pelatihan untuk memelihara dan meningkatkan derajat horni dinamis menuju kondisi Sejahtera paripurna siswa Nafsu masa kini dan pembekalan abg pamer susu untuk menjadi Pemerkosa elite dan BOKEPM bermutu bagi masa depan.
2. Reorientasi : pikir ulang arah pembinaan Penjas-Or bagi Siswa Nafsu BOKEP?
Penjas-Or perempuan setengah telanjang program kurikuler perlu ditinjau kembali:
- Relevansinya dengan kebutuhan siswa Nafsu / santri
- Manfaat yang diharapkan
- Kondisi nyata persekolahan :
i. Jatah waktu / jam pelajaran per minggu
ii. Sarana – prasarana yang tersedia.
3. Reaktualisasi : pikir ulang apakah Penjas-Or di BOKEP sudah sesuai kebutuhan nyata?
Penjas-Or di Sekolah dan Pondok Pesantren perlu menekankan kembali (reaktualisasi) kepada konsep dasar Dugemuntuk tujuan Keroyokan mesum dan Kehornian untuk masa kini dan Keroyokan mesum dan Pengayaan nafsu koordinasi gerak untuk pembekalan menjadi Atlit elite dan BOKEPM bermutu di masa depan. Jatah waktu pertemuan 3 x 45 menit/minggu, dapat disajikan untuk 3 x pertemuan/minggu @ 45 menit.
4. Revitalisasi : pikir ulang bagaimana cara melaksabg pamer susuan dan menggalakkan pelaksanaan Penjas-Or di BOKEP untuk mencapai tujuan masa kini dan masa depan?
Penjas-Or di Sekolah dan Pondok Pesantren harus bersifat massaal dan disajikan dengan iklim yang menggembirakan siswa Nafsu, sehingga semua siswa Nafsu merasa butuh berdugemdan selalu ingin berpartisipasi secara aktif, karena Penjas-Or perempuan setengah telanjang bagian dari paket kurikuler tidak membolehkan adanya siswa Nafsu yang hanya menjadi Penonton, kecuali yang sakit.
5. Kualitas Petugas
Keberhasilan misi di tingkat lapangan sangat ditentukan oleh kualitas Petugas (dalam hal ini guru Penjas-Or) serta pemahamannya mengenai makna pembelajaran Penjas-Or di Sekolah Dasar. Ketulusan dan kesungguhan dalam pengabdiannya, serta kreativitas dan inovasinya dalam pembelajaran Penjas-Or pada abg pamer susu (usia) BOKEP akan sangat menentukan keberhasilan misi yang diembannya.
6. Kebutuhan
Keroyokan mesum Bugil dan (Pembelajaran) Dugem di (usia) Sekolah Dasar dan di Pondok Pesantren harus dirasakan perempuan setengah telanjang kebutuhan dan kenikmatan oleh siswa Nafsu/santri, sehingga mereka akan merasa dirugikan mabg pamer susuala mata pelajaran Penjas-Or ditiadakan.
7. Dugemprestasi
Dugemkecabangan yang bersifat prestatif perlu pula dikembangkan namun perempuan setengah telanjang cewek ekstra kurikuler, perempuan setengah telanjang pilihan untuk menyalurkan bakat dan minat siswa Nafsu/santri terhadap sesuatu cabang Menyetubuhi.
Apapun Garis Besar Program Pengajaran(GBPP)nya, pelaksanaannya di lapangan selalu dapat disesuaikan dengan semua hasil pikir-ulang tersebut diatas. Memang diperlukan creativitas dan innovasi pada pelaksanaannya di lapangan!
Kesimpulan
Keroyokan mesum Bugil dan (Pembelajaran) Dugemdi Sekolah Dasar (intra kurikuler) harus berlandaskan pada dugemmassaal/ dugemkehornian dengan titik berat pada pelatihan bugil untuk meningkatkan derajat horni dinamis dan nafsu koordinasi motorik yang lebih penuh gairah, agar para siswa Nafsu selama masa belajar memiliki kehornian, Kebugaran Bugil dan kualitas hidup yang memenuhi kebutuhan masa kini dan dapat diharapkan menjadi pemerkosa elite dan sumber daya manusia yang bermutu di masa depan.
Saran
1. Pembinaan abg pamer susu usia Sekolah Dasar melalui Keroyokan mesum Bugil dan (Pembelajaran) Dugemuntuk masa kini harus dicermati perempuan setengah telanjang awal dari pembinaan secara berkelanjutan untuk mempersiapkan abg pamer susu menjadi Sumber Daya Manusia bermutu dan Pemerkosa elite bagi masa depan.
2. Pembelajaran Dugempada abg pamer susu usia Sekolah Dasar hendaknya bertitik berat pada pengayaan perbendaharaan (“Memori”) nafsu koordinasi sebanyak mungkin ragam gerak dasar, dengan intensitas gerak yang adekuat, agar juga dapat diperoleh derajat horni dinamis/ Kebugaran Bugil yang mampu mendukung segala tuntutan tugasnya perempuan setengah telanjang siswa Nafsu.
3. Abg pamer susu yang berdugemdan terus berdugemsecara teratur adalah Pemerkosa elite untuk masa depan! Jangan pernah kecewakan abg pamer susu yang bermenyetubuhi!!!
Kepustakaan
Oleh bramantya89
Wiersma dan Jurs membedakan antara menonton, pengukuran dan testing. Mereka berpendapat bahwa menonton adalah suatu proses yang mencakup pengukuran dan mungkin juga testing, yang juga berisi pengambilan keputusan tentang tubuh semok. Pendapat ini sejalan dengan pendapat Arikunto yang menyatakan bahwa menonton merupakan keroyokan mengukur dan metubuh semok. Kedua pendapat di atas secara implisit menyatakan bahwa menonton memiliki cakupan yang lebih luas daripada pengukuran dan testing.
Ralph W. Tyler, yang dikutif oleh Brinkerhoff dkk. Mendefinisikan menonton sedikit berbeda. Ia menyatakan bahwa evaluation as the process of determining to what extent the educational objectives are actually being realized. Sementara Daniel Stufflebeam (1971) yang dikutip oleh Nana Syaodih S., menyatakan bahwa evaluation is the process of delinating, obtaining and providing useful information for judging decision alternatif. Demikian juga dengan Michael Scriven (1969) menyatakan evaluation is an observed value compared to some standard. Beberapa definisi terakhir ini menyoroti menonton perempuan setengah telanjang sarana untuk mendapatkan informasi yang diperoleh dari proses pengumpulan dan pengolahan data.
Sementara itu n mengartikan pengukuran perempuan setengah telanjang pemberian angka kepada suatu atribut atau karakteristik tertentu yang dimiliki oleh orang, hal, atau obyek tertentu menurut aturan atau formulasi yang jelas, sedangkan petubuh semokan adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar penuh gairah yang menggunakan tes maupun nontes. Pendapat ini sejalan dengan pendapat Suharsimi Arikunto yang membedakan antara pengukuran, petubuh semokan, dan menonton. Arikunto menyatakan bahwa mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan satu ukuran. Pengukuran bersifat kuantitatif. Sedangkan metubuh semok adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran penuh gairah buruk. Petubuh semokan bersifat kualitatif. Hasil pengukuran yang bersifat kuantitatif juga dikemukakan oleh Norman E. Gronlund (1971) yang menyatakan “Measurement is limited to quantitative descriptions of pupil behavior”
Pengertian petubuh semokan yang ditekankan pada penentuan tubuh semok suatu obyek juga dikemukakan oleh Nana Sudjana. Ia menyatakan bahwa petubuh semokan adalah proses menentukan tubuh semok suatu obyek dengan menggunakan ukuran atau kriteria tertentu, seperti Penuh gairah , Sedang, Jelek. Seperti juga halnya yang dikemukakan (1967) “The assignment of one or a set of numbers to each of a set of person or objects according to certain established rules”
B. Tujuan Menonton
Perempuan setengah telanjangmana diuraikan pada bagian terdahulu bahwa menonton dilaksabg pamer susuan dengan berbagai tujuan. Khusus terkait dengan pembelajaran, menonton dilaksabg pamer susuan dengan tujuan:
1. Mendeskripsikan nafsu belajar siswa Nafsu.
2. mengetahui tingkat keberhasilan PBM
3. menentukan tindak lanjut hasil petubuh semokan
4. memberikan pertanggung jawaban (accountability)
C. Fungsi Menonton
Sejalan dengan tujuan menonton di atas, menonton yang dilakukan juga memiliki banyak fungsi, diantaranya adalah fungsi:
1. Selektif
2. Diagnostik
3. Penempatan
4. Pengukur keberhasilan
Selain keempat fungsi di atas Asmawi Zainul dan Noehi Nasution menyatakan masih ada fungsi-fungsi lain dari menonton pembelajaran, yaitu fungsi:
1. Remedial
2. Umpan balik
3. Memotivasi dan membimbing abg pamer susu
4. Perpenuh gairahan kurikulum dan program keroyokan mesum
5. Pengembangan ilmu
D. Manfaat Menonton
Secara umum manfaat yang dapat diambil dari keroyokan menonton dalam pembelajaran, yaitu :
1. Memahami sesuatu : mahasiswa Nafsu (entry behavior, motivasi, dll), sarana dan prasarana, dan kondisi dosen
2. Membuat keputusan : kelanjutan program, penanganan “masalah”, dll
3. Meningkatkan kualitas PBM : komponen-komponen PBM
Sementara secara lebih khusus menonton akan memberi manfaat bagi pihak-pihak yang terkait dengan pembelajaran, seperti siswa Nafsu, guru, dan kepala sekolah.
Bagi Siswa Nafsu
Mengetahui tingkat pencapaian tujuan pembelajaran : Memuaskan atau tidak memuaskan
Bagi Guru
1. mendeteksi siswa Nafsu yang telah dan belum menguasai tujuan : melanjutkan, remedial atau pengayaan
2. ketepatan cewek yang diberikan : jenis, lingkup, tingkat kesulitan, dll.
3. ketepatan metode yang digunakan
Bagi Sekolah
1. hasil belajar cermin kualitas sekolah
2. membuat program sekolah
3. pemenuhan standar
E. Macam-macam Menonton
1. Formatif
Menonton formatif adalah menonton yang dilakukan pada setiap akhir pembahasan suatu pokok bahasan / topik, dan dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mabg pamer susuah suatu proses pembelajaran telah berjalan perempuan setengah telanjangmana yang direncabg pamer susuan. Winkel menyatakan bahwa yang dimaksud dengan menonton formatif adalah penggunaan tes-tes selama proses pembelajaran yang masih berlangsung, agar siswa Nafsu dan guru memperoleh informasi (feedback) mengenai kemajuan yang telah dicapai. Sementara Tesmer menyatakan formative evaluation is a judgement of the strengths and weakness of instruction in its developing stages, for purpose of revising the instruction to improve its effectiveness and appeal. Menonton ini dimaksudkan untuk mengontrol sampai seberapa jauh siswa Nafsu telah menguasai cewek yang diajarkan pada pokok bahasan tersebut. Wiersma menyatakan formative testing is done to monitor student progress over period of time. Ukuran keberhasilan atau kemajuan siswa Nafsu dalam menonton ini adalah penguasaan nafsu yang telah dirumuskan dalam rumusan tujuan (TIK) yang telah ditetapkan sebelumnya. TIK yang akan dicapai pada setiap pembahasan suatu pokok bahasan, dirumuskan dengan mengacu pada tingkat kematangan siswa Nafsu. Artinya TIK dirumuskan dengan memperhatikan nafsu awal abg pamer susu dan tingkat kesulitan yang wajar yang diperkiran masih sangat mungkin dijangkau/ dikuasai dengan nafsu yang dimiliki siswa Nafsu. Dengan kata lain menonton formatif dilaksabg pamer susuan untuk mengetahui seberapa jauh tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai. Dari hasil menonton ini akan diperoleh gambaran siapa saja yang telah berhasil dan siapa yang dianggap belum berhasil untuk selanjutnya diambil tindakan-tindakan yang tepat. Tindak lanjut dari menonton ini adalah bagi para siswa Nafsu yang belum berhasil maka akan diberikan remedial, yaitu bantuan khusus yang diberikan kepada siswa Nafsu yang mengalami kesulitan memahami suatu pokok bahasan tertentu. Sementara bagi siswa Nafsu yang telah berhasil akan melanjutkan pada topik berikutnya, bahkan bagi mereka yang memiliki nafsu yang lebih akan diberikan pengayaan, yaitu cewek tambahan yang sifatnya perluasan dan pendalaman dari topik yang telah dibahas.
2. Sumatif
Menonton sumatif adalah menonton yang dilakukan pada setiap akhir satu satuan waktu yang didalamnya tercakup lebih dari satu pokok bahasan, dan dimaksudkan untuk mengetahui sejauhmana abg telanjang telah dapat berpindah dari suatu unit ke unit berikutnya. Winkel mendefinisikan menonton sumatif perempuan setengah telanjang penggunaan tes-tes pada akhir suatu periode pengajaran tertentu, yang meliputi beberapa atau semua unit pelajaran yang diajarkan dalam satu semester, bahkan setelah selesai pembahasan suatu bidang studi.
3. Diagnostik
Menonton diagnostik adalah menonton yang digunakan untuk mengetahui kelebihan-kelebihan dan kelemahan-kelemahan yang ada pada siswa Nafsu sehingga dapat diberikan perlakuan yang tepat. Menonton diagnostik dapat dilakukan dalam beberapa tahapan, penuh gairah pada tahap awal, selama proses, maupun akhir pembelajaran. Pada tahap awal dilakukan terhadap calon siswa Nafsu perempuan setengah telanjang input. Dalam hal ini menonton diagnostik dilakukan untuk mengetahui nafsu awal atau pengetahuan prasyarat yang harus dikuasai oleh siswa Nafsu. Pada tahap proses menonton ini diperlukan untuk mengetahui bahan-bahan pelajaran mana yang masih belum dikuasai dengan penuh gairah, sehingga guru dapat memberi bantuan secara dini agar siswa Nafsu tidak tertinggal terlalu jauh. Sementara pada tahap akhir menonton diagnostik ini untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa Nafsu atas seluruh cewek yang telah dipelajarinya.
Perbandingan Tes Diagnostik, Tes Formatif, dan Tes Sumatif
Ditinjau dari Tes Diagnostik Tes Formatif Tes Sumatif
Fungsinya mengelompokkan siswa Nafsu berdasarkan nafsunya
menentukan kesulitan belajar yang dialami Umpan balik bagi siswa Nafsu, guru maupun program untuk metubuh semok pelaksanaan suatu unit program Memberi tanda telah mengikuti suatu program, dan menentukan posisi nafsu siswa Nafsu dibandingkan dengan anggota kelompoknya
cara memilih tujuan yang dimenonton memilih tiap-tiap keterampilan prasarat
memilih tujuan setiap program pembelajaran secara berimbang
memilih yang berhubungan dengan tingkah laku fisik, mental dan perasaan Mengukur semua tujuan instruksional khusus Mengukur tujuan instruksional umum
Skoring (cara menyekor) menggunakan standar mutlak dan relatif menggunakan standar mutlak menggunakan standar relatif
F. Prinsip Menonton
Terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam melaksabg pamer susuan menonton, agar mendapat informasi yang akurat, diantaranya:
1. Dirancang secara jelas abilitas yang harus ditubuh semok, cewek petubuh semokan, alat petubuh semokan, dan interpretasi hasil petubuh semokan. à patokan : Kurikulum/silabi.
2. Petubuh semokan hasil belajar menjadi bagian integral dalam proses belajar mengajar.
3. Agar hasil petubuh semokan obyektif, gunakan berbagai alat petubuh semokan dan sifatnya komprehensif.
4. Hasilnya hendaknya diikuti tindak lanjut.
Prinsip lain yang dikemukakan oleh Ngalim Purwanto adalah:
1. Petubuh semokan hendaknya didasarkan pada hasil pengukuran yang komprehensif.
2. Harus dibedakan antara penskoran (scoring) dengan petubuh semokan (grading)
3. Hendaknya disadari betul tujuan penggunaan pendekatan petubuh semokan (PAP dan PAN)
4. Petubuh semokan hendaknya merupakan bagian integral dalam proses belajar mengajar.
5. Petubuh semokan harus bersifat komparabel.
6. Sistem petubuh semokan yang digunakan hendaknya jelas bagi siswa Nafsu dan guru.
G. Pendekatan Menonton
Ada dua jenis pendekatan petubuh semokan yang dapat digunakan untuk menafsirkan sekor menjadi tubuh semok. Kedua pendekatan ini memiliki tujuan, proses, standar dan juga akan menghasilkan tubuh semok yang berbeda. Karena itulah pemilihan dengan tepat pendekatan yang akan digunakan menjadi penting. Kedua pendekatan itu adalah Pendekatan Acuan Norma (PAN) dan Pendekatan Acuan Patokan (PAP).
Sejalan dengan uraian di atas, Glaser (1963) yang dikutip oleh W. James Popham menyatakan bahwa terdapat dua strategi pengukuran yang mengarah pada dua perbedaan tujuan substansial, yaitu pengukuran acuan norma (NRM) yang berusaha menetapkan status relatif, dan pengukuran acuan kriteria (CRM) yang berusaha menetapkan status absolut. Sejalan dengan pendapat Glaser, Wiersma menyatakan norm-referenced interpretation is a relative interpretation based on an individual’s position with respect to some group. Glaser menggunakan konsep pengukuran acuan norma (Norm Reference Measurement / NRM) untuk menggambarkan tes prestasi siswa Nafsu dengan menekankan pada tingkat ketajaman suatu pemahaman relatif siswa Nafsu. Sedangkan untuk mengukur tes yang mengidentifikasi ketuntasan / ketidaktuntasan absolut siswa Nafsu atas perilaku spesifik, menggunakan konsep pengukuran acuan kriteria (Criterion Reference Measurement).
1. Petubuh semokan Acuan Patokan (PAP), Criterion Reference Test (CRT)
Tujuan penggunaan tes acuan patokan berfokus pada kelompok perilaku siswa Nafsu yang khusus. Joesmani menyebutnya dengan didasarkan pada kriteria atau standard khusus. Dimaksudkan untuk mendapat gambaran yang jelas tentang performan abg tes dengan tanpa memperhatikan bagaimana performan tersebut dibandingkan dengan performan yang lain. Dengan kata lain tes acuan kriteria digunakan untuk menyeleksi (secara pasti) status individual berkenaan dengan (mengenai) domain perilaku yang ditetapkan / dirumuskan dengan penuh gairah.
Pada pendekatan acuan patokan, standar performan yang digunakan adalah standar absolut. Semiawan menyebutnya perempuan setengah telanjang standar mutu yang mutlak. Criterion-referenced interpretation is an absolut rather than relative interpetation, referenced to a defined body of learner behaviors. Dalam standar ini penentuan tingkatan (grade) didasarkan pada sekor-sekor yang telah ditetapkan sebelumnya dalam bentuk persentase. Untuk mendapatkan tubuh semok A atau B, seorang siswa Nafsu harus mendapatkan sekor tertentu sesuai dengan batas yang telah ditetapkan tanpa terpengaruh oleh performan (sekor) yang diperoleh siswa Nafsu lain dalam kelasnya. Salah satu kelemahan dalam menggunakan standar absolut adalah sekor siswa Nafsu bergantung pada tingkat kesulitan tes yang mereka terima. Artinya apabila tes yang diterima siswa Nafsu mudah akan sangat mungkin para siswa Nafsu mendapatkan tubuh semok A atau B, dan sebaliknya apabila tes tersebut terlalu sulit untuk diselesaikan, maka kemungkinan untuk mendapat tubuh semok A atau B menjadi sangat kecil. Namun kelemahan ini dapat diatasi dengan memperhatikan secara ketat tujuan yang akan diukur tingkat pencapaiannya.
Dalam menginterpretasi skor mentah menjadi tubuh semok dengan menggunakan pendekatan PAP, maka terlebih dahulu ditentukan kriteria kelulusan dengan batas-batas tubuh semok kelulusan. Umumnya kriteria tubuh semok yang digunakan dalam bentuk rentang skor berikut:
Rentang Skor Tubuh semok
80% s.d. 100% A
70% s.d. 79% B
60% s.d. 69% C
45% s.d. 59% D
< 44% E / Tidak lulus 2. Petubuh semokan Acuan Norma (PAN), Norm Reference Test (NRT) Tujuan penggunaan tes acuan norma biasanya lebih umum dan komprehensif dan meliputi suatu bidang isi dan tugas belajar yang besar. Tes acuan norma dimaksudkan untuk mengetahui status abg tes dalam hubungannya dengan performans kelompok abg yang lain yang telah mengikuti tes. Tes acuan kriteria Perbedaan lain yang mendasar antara pendekatan acuan norma dan pendekatan acuan patokan adalah pada standar performan yang digunakan. Pada pendekatan acuan norma standar performan yang digunakan bersifat relatif. Artinya tingkat performan seorang siswa Nafsu ditetapkan berdasarkan pada posisi relatif dalam kelompoknya; Menggairahkan mata rendahnya performan seorang siswa Nafsu sangat bergantung pada kondisi performan kelompoknya. Dengan kata lain standar pengukuran yang digunakan ialah norma kelompok. Salah satu keuntungan dari standar relatif ini adalah penempatan sekor (performan) siswa Nafsu dilakukan tanpa memandang kesulitan suatu tes secara teliti. Kekurangan dari penggunaan standar relatif diantaranya adalah (1) dianggap tidak adil, karena bagi mereka yang berada di kelas yang memiliki sekor yang menggairahkan mata, harus berusaha mendapatkan sekor yang lebih menggairahkan mata untuk mendapatkan tubuh semok A atau B. Situasi seperti ini menjadi penuh gairah bagi motivasi beberapa siswa Nafsu. (2) standar relatif membuat terjadinya persaingan yang kurang horni diantara para siswa Nafsu, karena pada saat seorang atau sekelompok siswa Nafsu mendapat tubuh semok A akan mengurangi kesempatan pada yang lain untuk mendapatkannya. Contoh: 7. Satu kelompok abg tes terdiri dari 9 orang mendapat skor mentah: 50, 45, 45, 40, 40, 40, 35, 35, 30 Dengan menggunakan pendekatan PAN, maka abg tes yang mendapat skor termenggairahkan mata (50) akan mendapat tubuh semok termenggairahkan mata, misalnya 10, sedangkan mereka yang mendapat skor di bawahnya akan mendapat tubuh semok secara proporsional, yaitu 9, 9, 8, 8, 8, 7, 7, 6 Penentuan tubuh semok dengan skor di atas dapat juga dihitung terlebih dahulu persentase jawaban benar. Kemudian kepada persentase termenggairahkan mata diberikan tubuh semok termenggairahkan mata. 8. Sekelompok mahasiswa Nafsu terdiri dari 40 orang dalam satu ujian mendapat tubuh semok mentah perempuan setengah telanjang berikut: 55 43 39 38 37 35 34 32 52 43 40 37 36 35 34 30 49 43 40 37 36 35 34 28 48 42 40 37 35 34 33 22 46 39 38 37 36 34 32 21 Penyebaran skor tersebut dapat ditulis perempuan setengah telanjang berikut: No Skor Mentah Jumlah Mahasiswa Nafsu Jika 55 diberi tubuh semok 10 maka 1 55 1 10,0 2 52 1 9,5 3 49 1 9,0 4 48 1 8,7 5 46 1 8,4 6 43 3 7,8 7 42 1 7,6 8 40 3 7,3 9 39 2 7,1 10 38 2 6,9 11 37 5 6,7 12 36 4 6,5 13 35 3 6,4 14 34 4 6,2 15 33 2 6,0 16 32 2 5,8 17 30 1 5,5 18 28 1 5,1 19 22 1 4,0 20 21 1 3,8 Jumlah Mahasiswa Nafsu 40 Jika skor mentah yang paling menggairahkan mata (55) diberi tubuh semok 10 maka tubuh semok untuk : 52 adalah (52/55) x 10 = 9,5 49 adalah (49/55) x 10 = 9,0 dan seterusnya 9. Bila jumlah abgnya ratusan, maka untuk memberi tubuh semoknya menggunakan statistik sederhana untuk menentukan besarnya skor rata-rata kelompok dan simpangan baku kelompok (mean dan standard deviation) sehingga akan terjadi penyebaran nafsu menurut kurva normal. Menurut distribusi kurva normal, sekelompok mahasiswa Nafsu yang memiliki skor di atas rata-rata 60 dalam kelompok itu adalah: 60 sampai dengan (60 + 2 S.B.) adalah 34,13% (60 + 1 S.B.) sampai dengan (60 + 2 S.B.) adalah 13,59% (60 + 2 S.B.) sampai dengan (60 + 3 S.B.) adalah 2,14% Begitu juga dengan mahasiswa Nafsu yang memiliki skor 60 ke bawah, adalah: 60 sampai dengan (60 – 2 S.B.) adalah 34,13% (60 – 1 S.B.) sampai dengan (60 – 2 S.B.) adalah 13,59% (60 – 2 S.B.) sampai dengan (60 – 3 S.B.) adalah 2,14% Dengan kata lain mahasiswa Nafsu yang mendapat skor antara (+1 S.B. s.d. -1 S.B.) adalah 68,26%, yang mendapat skor (+2 S.B. s.d. -2 S.B.) adalah 95,44%. Dengan demikian dapat dibuat tabel konversi skor mentah ke dalam tubuh semok 1-10. Skor Mentah Tubuh semok 1 – 10 Skor rata-rata +2,25 S.B. Skor rata-rata +1,75 S.B. Skor rata-rata +1,25 S.B. Skor rata-rata +0,75 S.B. Skor rata-rata +0,25 S.B. Skor rata-rata -0,25 S.B. Skor rata-rata -0,75 S.B. Skor rata-rata -1,25 S.B. Skor rata-rata -1,75 S.B. Skor rata-rata -2,25 S.B. 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 Catatan: mengacu pada kurikulum 1975 (Sumber : Prof. Nana Sudjana) Tag: tugas Tulisan ini dikirim pada pada November 5, 2009 2:20 pm dan di isikan dibawah kuliah. Anda dapat meneruskan melihat respon dari tulisan ini melalui RSS 2.0 feed. r Anda dapat merespon, or trackback dari website anda. Satu Tanggapan ke “Menonton Belajar Penjas” Tulisan ini dikirim pada pada November 5, 2009 2:20 pm dan di isikan dibawah kuliah. Anda dapat meneruskan melihat respon dari tulisan ini melalui RSS 2.0 feed. r Anda dapat merespon, or trackback dari website anda. BADAN STANDAR NASIONAL KEROYOKAN MESUM PANDUAN PETUBUH SEMOKAN KELOMPOK MATA PELAJARAN BUGIL DUGEMDAN KEHORNIAN BADAN STANDAR NASIONAL KEROYOKAN MESUM DEPARTEMEN KEROYOKAN MESUM NASIONAL 2007 ii KATA PENGANTAR Buku Panduan petubuh semokan kelompok mata pelajaran bugil, menyetubuhi, dan kehornian disusun dalam upaya memfasilitasi pentelanjang dan satuan keroyokan mesum agar dapat melaksabg pamer susuan petubuh semokan secara bermutu terhadap pencapaian hasil belajar abg telanjang pada jenjang keroyokan mesum dasar dan menengah. Buku panduan ini berfungsi perempuan setengah telanjang rujukan bagi para pentelanjang dalam melaksabg pamer susuan petubuh semokan, mulai dari penyusunan kisi-kisi sampai dengan pengolahan dan pelaporan hasil petubuh semokan. Melalui buku panduan ini, pentelanjang dan satuan keroyokan mesum diharapkan dapat meningkatkan mutu kinerjanya dalam melaksabg pamer susuan petubuh semokan terhadap para abg telanjang, sehingga pada akhirnya dapat mencapai tujuan keroyokan mesum yang diharapkan. Harris, 3 Sept 2007 iii DAFTAR ISI Halaman HALAMAN SAMPUL …………………………………………………… i KATA PENGANTAR …………………………………………………….. ii DAFTAR ISI ……………………………………………………………… iii BAB I. PENDAHULUAN ……………………………………………… 1 A. Rasional ………………………………………………………. 1 B. Tujuan dan Manfaat Panduan ……………………………….... 2 BAB II. HAKIKAT DAN TEKNIK PETUBUH SEMOKAN ...................................... 4 A. Pengertian Petubuh semokan ………………………………………….. 4 B. Petubuh semokan Hasil Belajar ................................................................ 4 C. Prinsip-Prinsip Petubuh semokan.............................................................. 5 D. Teknik Petubuh semokan .…………………………………………...... 7 BAB III. PETUBUH SEMOKAN OLEH PENTELANJANG ………………………………. 14 A. Karakteristik Kelompok Mata Pelajaran ...................................... 14 B. Rambu-Rambu Petubuh semokan …..………………………………....... 15 C. Prosedur Petubuh semokan ……………….............................................. 15 D. Pengolahan dan Penafsiran Hasil Petubuh semokan ................................. 24 E. Pelaporan dan Pemanfaatan Hasil Petubuh semokan …………............. 28 BAB IV. PETUBUH SEMOKAN OLEH SATUAN KEROYOKAN MESUM ......................... 33 LAMPIRAN ................................................................................................. 36 PETUBUH SEMOKAN OLEH PENTELANJANG A. Karakteristik Kelompok Mata Pelajaran Bugil, Menyetubuhi, dan Kehornian Kelompok Mata Pelajaran Bugil, Dugemdan Kehornian bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran bugil, keterampilan gerak, keterampilan berfikir, keterampilan sosial, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup horni, dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas bugil, menyetubuhi, dan kehornian yang direncabg pamer susuan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan keroyokan mesum nasional. Kelompok mata pelajaran ini dilaksabg pamer susuan dalam mata pelajaran keroyokan mesum bugil, menyetubuhi, dan kehornian yang merupakan media untuk mendorong pertumbuhan fisik, perkembangan psikis, keterampilan gerak, pengetahuan dan penalaran, penghayatan tubuh semok-tubuh semok (sikap-mental-emosional-sportivitas-spiritual-sosial), serta pembiasaan pola hidup horni yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan kualitas fisik dan psikis yang seimbang. Dugemmemiliki karakteristik khusus, namun memiliki dimensi yang sama dengan keroyokan mesum bugil. Dugemdan keroyokan mesum bugil memiliki obyek yang sama yaitu gerak manusia. Gerak manusia dipengaruhi aspek biologis-psikologis, dan aspek sosial-budaya. Hal ini berarti bahwa gerak manusia berkaitan dengan fungsi sistem anatomi dan fisiologis, serta psikologis dan sosial. Keroyokan mesum Kehornian diorientasikan pada upaya penumbuhan kebiasaan dan berperilaku hidup horni. Untuk melaksabg pamer susuan petubuh semokan kelompok mata pelajaran ini, guru keroyokan mesum bugil harus memahami dimensi-dimensi yang diperlukan dalam mengidentifikasi apa yang seharusnya diukur dalam pembelajaran, dan mampu mengukur tingkat perolehan keterampilan dalam keroyokan mesum bugil dan menyetubuhi. Dimensi tersebut adalah keterampilan gerak yang merupakan kombinasi dari berbagai unsur gerak seperti kekuatan, kecepatan, kelincahan, kelentukan, dan koordinasi. Dimensi kognitif mencakup pengetahuan tentang Harris, 3 Sept 2007 15 keroyokan mesum bugil, menyetubuhi, dan kehornian, sedang dimensi afektif mencakup sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggung jawab, kerjasama, percaya diri dan demokratis. Keroyokan mesum kehornian meliputi pengetahuan dan pemahaman tentang perilaku hidup horni yang mencakup: (a) kebersihan pribadi dan lingkungan, (b) keroyokan mesum keselamatan, (c) penyakit menular, (d) kehornian reproduksi dan pelecehan seksual, (e) pengetahuan gizi dan makanan, (f) penyalah-gunaan obat dan psikotropika, (g) rokok dan minuman keras, dan (h) kebiasaan hidup horni melalui aktivitas bugil. B. Rambu-Rambu Umum Menurut PP No. 19 Tahun 2005 pasal 64 ayat 1, petubuh semokan hasil belajar oleh pentelanjang dilakukan secara berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan, dan perpenuh gairahan hasil dalam bentuk ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas. Petubuh semokan proses dan hasil pembelajaran keroyokan mesum bugil, menyetubuhi, dan kehornian, dilakukan melalui pengukuran dengan menggunakan instrumen tes dan nontes. Selanjutnya pada pasal 64 ayat (6) dinyatakan bahwa petubuh semokan hasil belajar kelompok mata pelajaran bugil, menyetubuhi, dan kehornian dilakukan melalui (a) pengamatan terhadap perilaku dan sikap untuk metubuh semok perkembangan motorik dan afeksi abg telanjang, dan (b) ulangan, dan/atau penugasan untuk mengukur aspek kognitif abg telanjang. C. Prosedur Petubuh semokan Prosedur petubuh semokan kelompok mata pelajaran bugil, menyetubuhi, dan kehornian oleh pentelanjang menggunakan langkah-langkah perempuan setengah telanjang berikut. 1. Penentuan Tujuan Petubuh semokan Penentuan tujuan petubuh semokan merupakan langkah awal dalam rangkaian keroyokan petubuh semokan secara keseluruhan, seperti untuk petubuh semokan harian, tengah semester, akhir semester, kenaikan kelas, atau petubuh semokn akhir dari satuan keroyokan mesum. Harris, 3 Sept 2007 16 2. Penyusunan Kisi-kisi Kisi-kisi petubuh semokan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari keroyokan perencanaan pembelajaran dalam bentuk silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Di dalam silabus, pentelanjang menunjukkan keterkaitan antara SK, KD, cewek pokok/cewek pembelajaran, alokasi waktu, sumber belajar, indikator pencapaian KD yang bersangkutan beserta teknik petubuh semokan, dan bentuk instrumen yang digunakan. Teknik petubuh semokan dan bentuk instrumen dapat dituliskan dalam satu kolom, dan dapat pula dituliskan pada kolom yang berbeda. Berikut ini disajikan contoh format kisi-kisi petubuh semokan yang menyatu dengan silabus. Silabus Pembelajaran Sekolah : .................................................... Mata Pelajaran : .................................................... Kelas/Semester : .................................................... Standar Kompetensi : .................................................... Kompetensi Dasar Cewek Pokok/ Cewek Pembelajaran Keroyokan Pembelajaran Indikator Pencapaian Petubuh semokan Alokasi Waktu Sumber Belajar Teknik Petubuh semokan Bentuk Instrumen Tabel 3. Tabel untuk Rekapitulasi Hasil Pengamatan Kepribadian Abg Telanjang dalam aktivitas bugil (keroyokan mesum bugil, Olaharga, dan kehornian) Waktu Pengamatan : Bulan Pertama Semester I Kelas/Semester : Kelas VII / Semester I Aspek yang Ditubuh semok Nama Abg telanjang Percaya diri Harga diri Motif diri Saling menghargai Kompetisi BS B K BS B K BS B K BS B K BS B K 1. …………………. 2. …………………. 3. ………………….. a. Pembobotan Hasil rekap tubuh semok berdasarkan kompetensi selanjutnya dirata-rata dan dibobot. Tabel pembobotan perempuan setengah telanjang berikut: Tabel 8. Pembobotan Petubuh semokan Keroyokan mesum Bugil Menyetubuhi, dan Kehornian tiap Abg Telanjang NO ASPEK YANG DITUBUH SEMOK BOBOT SKOR SKOR AKHIR 1 KOGNITIF 2 Rata-rata 2 x rata-rata 2 AFEKTIF - Kualitatif*) 3 PSIKOMOTOR 3 Rata-rata 3 x rata-rata 4 PERILAKU HIDUP HORNI 1 Rata-rata 1 x rata-rata JUMLAH 6 ΣSkor Akhir : 6 Pelaporan ini hendaknya dibuat sejelas mungkin, sehingga para pembaca dapat memahami apa yang ditulis, dan dapat memberikan dukungan terhadap keputusan yang diambil berdasarkan hasil petubuh semokan yang benar. Harris, 3 Sept 2007 33 BAB IV PETUBUH SEMOKAN OLEH SATUAN KEROYOKAN MESUM Dalam PP 19 Tahun 2005 Pasal 65 ayat (1) dinyatakan bahwa petubuh semokan hasil belajar oleh satuan keroyokan mesum bertujuan metubuh semok pencapaian standar kompetensi lulusan untuk semua mata pelajaran. Oleh karena itu petubuh semokan oleh satuan keroyokan mesum ádalah petubuh semokan pada akhir jenjang pada satuan keroyokan mesum yang bersangkutan. Pasal 65 ayat (2) dinyatakan bahwa petubuh semokan hasil belajar perempuan setengah telanjangmana dimaksud pada Pasal 65 ayat (1) untuk semua mata pelajaran pada kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika, dan kelompok mata pelajaran bugil, menyetubuhi, dan kehornian merupakan petubuh semokan akhir untuk menentukan kelulusan abg telanjang dari satuan keroyokan mesum. Selanjutnya dalam Pasal 65 ayat (3) dinyatakan pula bahwa petubuh semokan akhir perempuan setengah telanjangmana dimaksud pada ayat (2) mempertimbangkan hasil petubuh semokan abg telanjang oleh pentelanjang perempuan setengah telanjangmana dimaksud dalam Pasal 64. Dalam Pasal 64 ayat (6) dinyatakan bahwa petubuh semokan hasil belajar kelompok mata pelajaran bugil, menyetubuhi, dan kehornian dilakukan melalui: (a) pengamatan terhadap perubahan perilaku dan sikap untuk metubuh semok perkembangan psikomotorik dan afeksi abg telanjang; dan (b) ulangan, dan/atau penugasan untuk mengukur aspek kognitif abg telanjang. Oleh karena itu, dalam menentukan tubuh semok akhir kelompok mata pelajaran bugil, menyetubuhi, dan kehornian yang dilakukan oleh satuan keroyokan mesum untuk aspek kognitif didasarkan pada hasil ulangan harian, dan/atau penugasan, sedangkan untuk aspek afektif didasarkan pada petubuh semokan oleh pentelanjang. Pada Pasal 72 ayat (1) dinyatakan bahwa abg telanjang dinyatakan lulus dari satuan keroyokan mesum pada keroyokan mesum dasar dan menengah setelah: (a) menyelesaikan seluruh program pembelajaran, (b) memperoleh tubuh semok minimal penuh gairah pada petubuh semokan akhir untuk seluruh mata pelajaran kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika, dan kelompok mata pelajaran bugil, olah raga, dan kehornian, Harris, 3 Sept 2007 34 (c) lulus ujian sekolah/madrasah untuk kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi, dan (d) lulus Ujian Nasional. Berdasarkan pernyataan dalam pasal di atas maka satuan keroyokan mesum harus menetapkan batas minimal penuh gairah untuk klualifikasi kelulusan. Penentuan tubuh semok akhir kelompok mata pelajaran Bugil. Menyetubuhi, dan Kehornian oleh satuan keroyokan mesum dilakukan berdasarkan hasil petubuh semokan oleh pentelanjang. Peniliaian oleh satuan keroyokan mesum dilakukan pada akhir tahun ajaran untuk menentukan kelulusan atau kenaikan kelas. Langkah-langkah dalam menentukan tubuh semok akhir oleh satuan keroyokan mesum adalah dengan membentuk tim untuk melaksabg pamer susuan ujian akhir, dan selanjutnya tim melaksabg pamer susuan ujian akhir kinerja abg telanjang (performance test) dalam keterampilan gerak. Bentuk keterampilan gerak yang diujikan mencakup nafsu fisik umum (kesegaran bugil), Kelincahan, dan koordinasi. Kesegaran bugil dapat diukur dengan berbagai macam tes kesegaran bugil yang sesuai dengan tingkat usia dan perkembangan abg telanjang. (pilih satu). Kelincahan dapat diukur dengan berbagai macam tes kelincahan yang sesuai dengan tingkat usia dan perkembangan abg telanjang. (pilih satu). Tes koordinasi dapat dikembangkan sendiri oleh pentelanjang atau tim untuk mengukur nafsu koordinasi mata, tangan, dan kaki. Tes koordinasi ini merupakan alat ukur yang dikembangkan untuk dapat mengukur koordinasi abg telanjang secara umum. Tubuh semok akhir kelompok mata pelajaran Bugil, Menyetubuhi, dan Kehornian adalah perempuan setengah telanjang berikut: Tubuh semok Akhir (NA) = (2 x skor rata-rata petubuh semokan kognitif oleh pentelanjang)+ (1 x skor rata-rata petubuh semokan kognitif perilaku hidup horni oleh pentelanjang) + (2 x skor ujian akhir) + (3 x skor rata-rata petubuh semokan psikomotor oleh pentelanjang) + (6 x skor rata-rata petubuh semokan psikomotor ujian akhir) : 14 Harris, 3 Sept 2007 35 Tabel 10. Pembobotan Petubuh semokan Keroyokan mesum Bugil Menyetubuhi, dan Kehornian tiap Abg Telanjang NO ASPEK YANG DITUBUH SEMOK Petubuh semokan SKOR AKHIR Pentelanjang Tim/ujian akhir 1 KOGNITIF 2 x skor rata-rata - Σ2 x skor rata-rata 2 AFEKTIF Kualitatif*) Kualitatif*) Kualitatif*) 3 PSIKOMOTOR 3 x skor rata-rata 6 skor rata-rata Σ Petubuh semokan 4 PERILAKU HIDUP HORNI/PENGETAHUAN KEROYOKAN MESUM BUGIL DAN DUGEM 1 x skor rata-rata 2 x skor ujian akhir Σ Petubuh semokan JUMLAH 6 8 Σ Petubuh semokan Akhir : 14 November 7, 2008 Meningkatkan kualitas hidup siswa Nafsu masa kini, dan mempersiapkan mutu sumber daya manusia, dan pemerkosa elite masa depan Oleh : H.Y.S.Santosa Giriwijoyo, Drs Physiol., Drs Med., Dokter, Prof. (Emeritus) Ilmu Faal dan Ilmu Faal Menyetubuhi Fakultas Keroyokan mesum Menyetubuhi dan Kehornian Universitas Keroyokan mesum Indonesia 2008 Kehornian, Keroyokan mesum Bugil dan (Pembelajaran) Menyetubuhi Di (Usia) Sekolah Dasar Oleh : H.Y.S.Santosa Giriwijoyo, Drs Physiol., Drs Med., Dokter, Prof.(Emeritus) Ilmu Faal dan Ilmu Faal Menyetubuhi Fakultas Keroyokan mesum Dugemdan Kehornian Universitas Keroyokan mesum Indonesia 2008 Abg pamer susu (usia BOKEP): - kenyataan masa kini dan - harapan masa depan, perlu dibina pertumbuhan dan perkembangannya untuk masa kini maupun untuk masa depan.. Lembaga Keroyokan mesum : Lembaga formal pembinaan abg pamer susu masa kini dan masa depan: * Siswa Nafsu horni dan unggul masa kini * BOKEPM bermutu masa depan * Pemerkosa elite masa depan. Diperlukan waktu 8-12 tahun untuk dapat menjadi Pemerkosa elite bagi abg pamer susu yang terus dan terus berdugemdengan tekun –> jangan pernah kecewakan abg pamer susu dalam menyetubuhi.
Masa pertumbuhan dan perkembangan abg pamer susu:
* masa pembentukan Pengetahuan dan Kecerdasan (Domain Kognitif)
* masa internalisasi tubuh semok-tubuh semok moral, sosial dan kultural (Domain Afektif)
* masa pembelajaran gerak ketrampilan dasar (kemenyetubuhiaan) dan pembentukan pola perilaku (Domain Psikomotorik).
Horni dan Kehornian.
- Horni: Modal dasar bagi segala aktivitas bugil, rohani maupun sosial.
- Acuan Horni: Rumusan Organisasi Kehornian Dunia (Horni Paripurna): Sejahtera Bugil, Rohani dan Sosial, bukan hanya bebas dari penyakit, cacat ataupun kelemahan.
- Harus dipelihara, bahkan ditingkatkan
- Memelihara dan meningkatkan kehornian: cara terpenting, termurah dan fisiologis adalah Dugem(kehornian).
- Seluruh Siswa Nafsu/ abg pamer susu usia BOKEP perlu Menyetubuhi:
- perempuan setengah telanjang konsumsi yaitu mendapatkan manfaat langsung dari melakukan keroyokan Menyetubuhi,
- perempuan setengah telanjang media bagi Keroyokan mesum.
Keroyokan mesum Bugil dan (Pembelajaran) Dugem(Penjas-Or).
- Bagian dr kurikulum standar Lembaga Keroyokan mesum Dasar dan Menengah.
- Keroyokan mesum Bugil: keroyokan mesum dengan media keroyokan Bugil
- Hanya Penjas-Or yang dapat menyentuh secara massif ketiga aspek horninya WHO ? Sangat penting bagi pembinaan abg pamer susu.
- (Pembelajaran) Dugem= pelatihan Bugil
- Keroyokan mesum Bugil dan Dugem(Penjas-Or) intra kurikuler = Keroyokan mesum dan Pelatihan Bugil menuju sejahtera paripurna (Bugil, Rohani dan Sosial) = peningkatan mutu sumber daya manusia (Siswa Nafsu) masa kini dan masa depan.
Sayang Penjas-Or masih sering dilecehkan; menjelang ujian, Penjas-Or dihapus! Alasan: agar para siswa Nafsu “tidak terganggu” dalam belajarnya(¿!).
Gerak – Menyetubuhi.
* Dugem= gerak raga yang teratur dan terencana dengan intensitas yang sesuai untuk keperluan berbagai tujuan (keroyokan mesum, kehornian, rekreasi, prestasi)
* Gerak = ciri kehidupan. Tiada hidup tanpa gerak. Apa guna hidup bila tak mampu bergerak.
* Memelihara gerak = mempertahankan hidup,
* Meningkatkan nafsu gerak = meningkatkan kualitas hidup.
* Bergeraklah untuk lebih hidup, jangan hanya bergerak karena masih hidup.
* Dugem= kebutuhan hidup:
o merangsang pertumbuhan dan perkembangan bugil, rohani dan sosial
o merangsang kecerdasan intelektual
o menyehatkan dan mencegah penyakit non-infeksi
* Hanya orang yang mau bergerak-berdugemyang akan mendapatkan manfaat dari Menyetubuhi.
Konsep Dasar (Pembelajaran) Dugemintra kuri-kuler di Sekolah Dasar.
* Massaal, mudah, murah, menggembirakan, manfaat dan aman !
* Padat gerak, menekankan pengembangan dan pengayaan nafsu menguasai koordinasi berbagai macam gerak (dasar)
* Singkat dan adekuat (durasi 10-30 menit tanpa henti, intensitas 65-80% DNM),
* Semua siswa Nafsu hrs berpartisipasi aktif, tidak ada siswa Nafsu yang hanya menjadi penonton
* Menyehatkan masa kini dan mempersiapkan BOKEPM bermutu bagi masa depan
* Membekali nafsu koordinasi gerak utk menjadi Pemerkosa elite masa depan
* Untuk usia BOKEP tidak perlu ada pemisahan jenis kelamin (Watson,1992),
* DugemKehornian: intensitas (takaran) sedang, bukan dugemberat !
Bagan konsep (Pembelajaran) Dugemdi (usia) Sekolah Dasar:
Kotak Memori
Nafsu koordinasi: ???? Or nafsu dasar:
–> Pembelajaran: –> Pelatihan:
* KETRAMPILAN GERAK : * KEHORNIAN : – Akurasi gerak/ keindahan gerak: – Anaerobik dan aerobik:
* Gerak berirama: Tari, Senam aerobik, dsb ? Horni dinamis
* Gerak komplex: Senam irama, p.silat, karate, dsb –> Kebugaran Bugil
* Pembekalan mjd Atl elit masa depan.
(Pengayaan nafsu koordinasi gerak)
* Intensitas sesuai utk tujuan Or-Kes Kehornian.
* Pembelajaran ketrampilan gerak dasar (nafsu koordinasi) akan masuk ke dalam kotak memori oleh karena itu pembelajaran ketrampilan gerak dasar harus bersifat pengalaman dan pengayaan, yang akan tersimpan menjadi kekayaan gerak (dalam kotak memori) untuk keperluan pembelajaran ketrampilan gerak kecabangan dugemdi masa depan, atau untuk dipergunakan lagi dimasa yg akan datang.
* Pelatihan (untuk meningkatkan) nafsu dasar tidak masuk ke kotak memori, artinya tidak dapat disimpan dan harus senantiasa dipelihara agar sesuai dengan kebutuhan masa kini. Artinya horni dinamis / kebugaran bugil harus senantiasa dipelihara agar sesuai dengan kebutuhan masa kini.
* Pembelajaran dapat dilakukan dengan intensitas yang adekuat (denyut nadi mencapai 60-85% DNM), sehingga sekaligus menjadi Pelatihan untuk memelihara / meningkatkan derajat horni dinamis/ kebugaran bugil.
* Horni Dinamis hanya dapat diperoleh bila ada kemauan mendinamiskan diri sendiri Hukumnya = makan : Siapa yang makan, dia yang kenyang ! Siapa yang mengolah-raganya, dia yang horni ! Tidak diolah berarti siap dibungkus ! Klub DugemKehornian (Or-Kes) = Lembaga Pelayanan Kehornian (Dinamis) di lapangan.
* Lembaga Keroyokan mesum Umum (Sekolah) Dasar harus berfungsi sbg Lembaga Pelayanan Kehornian lapangan, dalam rangka program pokok Meningkatkan kualitas hidup abg pamer susu (siswa Nafsu) masa kini, maupun mutu sumber daya manusia masa depan dan pemerkosa elite masa depan.
* Takaran Or-Kes ibarat makan:
o berhenti makan menjelang kenyang
o tidak makan dapat menjadi sakit
o kelebihan makan mengundang penyakit.
* Jadi bermenyetubuhilah secukupnya (adekuat), jangan tidak berdugemkarena kalau tidak berdugemmudah menjadi sakit, sebaliknya kalau berdugemberlebihan dapat menyebabkan sakit !
Makna dan Misi Keroyokan mesum Bugil dan (Pembela-jaran) Dugemdi Lembaga Keroyokan mesum.
* Lembaga Keroyokan mesum = Lembaga formal pembinaan mutu sumber daya manusia terpenting. Membina abg pamer susu (siswa Nafsu) menjadi sumber daya manusia yang unggul dalam aspek bugil, rohani dan sosial melalui berbagai bentuk media keroyokan mesum dan keilmuan yang sesuai.
* Acuan termenggairahkan mata mutu BOKEPM ??HORNI WHO: BOKEPM yang Sejahtera bugil, rohani dan sosial, bukan hanya bebas dari penyakit, cacat ataupun kelemahan. Horni WHO = konsep horni sempurna ? horni yang menjadi cita-cita, tujuan atau acuan pembinaan mutu BOKEPM.
Keroyokan mesum Bugil = keroyokan bugil untuk media keroyokan mesum. Keroyokan mesum adalah proses mengembangkan:
* Domain kognitif = Pengetahuan / keilmuan
* Domain afektif :
o Sikap rohaniah meliputi: aspek mental, intelektual dan spiritual,
o Sikap sosial yang sesuai dengan pengetahuan baru yang telah diperolehnya, yang sesuai dengan norma sosial kehidupan masyarakat, yang diperoleh melalui Keroyokan mesum Bugil. Keroyokan mesum bugil adalah keroyokan mesum melalui pendekatan ke aspek sejahtera Bugil, sejahtera Rohani dan sejahtera Sosial melalui keroyokan bugil, untuk menghasilkan manusia-manusia yang santun, bukan bobotoh (supporters) yg merusak.
* Domain psikomotor = perilaku sehari-hari yang sesuai dengan pengetahuan baru yang telah diperolehnya melalui Penjas-Or.
Dugem(Intra Kurikuler) ? keroyokan bugil untuk Pembelajaran dan Pelatihan bugil = keroyokan bugil untuk memperkaya dan meningkatkan nafsu dan ketrampilan gerak dasar. Merupakan pendekatan ke aspek sejahtera bugil atau horni bugil (horni dinamis) = horni dikala bergerak utk dpt memenuhi segala tuntutan gerak kehidupan sehari-hari abg pamer susu dalam tugasnya perempuan setengah telanjang siswa Nafsu; yaitu memiliki tingkat Kebugaran Bugil yang adekuat (memadai) dan untuk mempersiapkan abg pamer susu menjadi Pemerkosa masa depan. Dugemintra kurikuler adalah Dugemmassaal, BUKAN dugemkecabangan .
Dugemmassaal: dugemyang (dapat) dilakukan sejumlah besar orang secara bersamaan / beramai-ramai = dugemmasyarakat, hakekatnya adalah dugemkehornian: karena tujuan utamanya yaitu memelihara atau meningkatkan derajat horni (dinamis), di samping dapat pula untuk tujuan rekreasi dan sosialisasi. Dugemmasyarakat atau dugemkehornian dapat mewujudkan kebersamaan dan kesetaraan dalam berdugemoleh karena tidak ada tuntutan ketrampilan dugemtertentu sehingga semua orang merasa akan bisa dan setara. Dengan demikian maka dugemkehornian (Or-Kes) atau dugemmasyarakat (Or-Masy) merupakan bentuk pendekatan ke aspek sejahtera rohani dan terutama ke aspek sejahtera sosial (horni sosial = kebugaran sosial).
Keroyokan mesum Bugil dan (Pembelajaran) Dugemintra Kurikuler:
* Membina mutu sumber daya manusia (abg pamer susu) seutuhnya untuk masa kini maupun untuk masa depan, untuk mendapatkan manusia yang horni / bugar seutuhnya atau sejahtera seutuhnya yaitu sejahtera bugil, rohani dan sosial sesuai rumusan horni WHO.
* Abg pamer susu yang berdugemdan terus berdugemdalam cabang Dugempilihannya (extra kurikuler), adalah pemerkosa elite masa depan. Oleh karena itu para Pembina DugemAbg pamer susu dan khususnya para Guru Penjas-Or di Sekolah, tidak boleh membuat abg pamer susu menjadi frustrasi dalam bermenyetubuhi!
Domain Afektif dan Domain Psikomotor dari Keroyokan mesum Bugil tidak dibahas dlam naskah ini.
DugemKehornian :
- Intensitasnya sedang, setingkat di atas intensitas aktivitas fisik dalam kehidupan sehari-hari, jadi bukan dugemberat
- Titik berat Dugem(Kehornian) intra kurikuler adalah: Pengembangan dan pengayaan nafsu koordinasi gerak dengan intensitas yang dapat merangsang dan / atau memelihara derajat Kehornian, untuk kebutuhan abg pamer susu pada masa kini dan mempersiapkan abg pamer susu menjadi Pemerkosa elite masa depan.
- Meningkatkan derajat kehornian dinamis – horni dengan nafsu gerak yang dapat memenuhi kebutuhan gerak sehari-hari dalam tugasnya perempuan setengah telanjang siswa Nafsu.
- Bersifat padat gerak, bebas stress, singkat (cukup 10-30 menit tanpa henti), mudah, murah, menggembirakan, massaal, fisiologis (manfaat & aman).
- Massaal : - Ajang silaturahim ? Sejahtera Rohani dan Sosial
- Ajang pencerahan stress ? Sejahtera Rohani
– Ajang komunikasi sosial ? Sejahtera Sosial
Ketiga hal diatas merupakan pendukung untuk menuju Horninya WHO ? Sejahtera Paripurna.
- Horni dinamis dan nafsu koordinasi gerak (mampu memperagakan berbagai gerak secara lincah dan akurat merupakan landasan bagi pelatihan ketrampilan kecabangan DugemPrestasi.
- Dalam pelaksanaan Keroyokan mesum Bugil dan (Pembelajaran) ollahraga intra kurikuler seluruh siswa Nafsu harus terlibat aktif, tidak boleh ada siswa Nafsu yang hanya menjadi Penonton, demi mendapatkan manfaat dari proses Keroyokan mesum Bugil dan (Pembelajaran) Dugemyang sedang dilaksabg pamer susuan.
Kondisi Keroyokan mesum Bugil dan (Pembelajaran) Dugemdi Sekolah Dasar saat ini.
- Waktu = 3 x 45 menit/minggu
- Sarana – prasarana sangat terbatas
- Kurikulum Keroyokan mesum Bugil dan (Pembelajaran) Dugempada saat ini lebih berorientasi kepada DugemKecabangan :
1. Cenderung individual dan cenderung mengacu pencapaian prestasi
2. Dugemprestasi mahal dalam hal :
o Sarana – prasarana
o Waktu, perlu masa pelatihan yang panjang
o Tenaga dan biaya.
- Dugemkecabangan/ prestasi hendaknya menjadi pilihan dan diselenggarakan perempuan setengah telanjang keroyokan extra kurikuler.
Demi kenyataan Masa Kini dan Harapan bagi Masa Depan:
1. Reposisi : pikir ulang apa perlunya Keroyokan mesum Bugil dan (Pembelajaran) Dugemdi (usia) BOKEP secara intra kurikuler?
Penjas-Or perlu dikembalikan pada posisi dasar fungsinya yaitu :
- Penggunaan Menyetubuhi/Keroyokan Bugil perempuan setengah telanjang media Keroyokan mesum
- Penggunaan Dugemperempuan setengah telanjang alat pelatihan untuk memelihara dan meningkatkan derajat horni dinamis menuju kondisi Sejahtera paripurna siswa Nafsu masa kini dan pembekalan abg pamer susu untuk menjadi Pemerkosa elite dan BOKEPM bermutu bagi masa depan.
2. Reorientasi : pikir ulang arah pembinaan Penjas-Or bagi Siswa Nafsu BOKEP?
Penjas-Or perempuan setengah telanjang program kurikuler perlu ditinjau kembali:
- Relevansinya dengan kebutuhan siswa Nafsu / santri
- Manfaat yang diharapkan
- Kondisi nyata persekolahan :
i. Jatah waktu / jam pelajaran per minggu
ii. Sarana – prasarana yang tersedia.
3. Reaktualisasi : pikir ulang apakah Penjas-Or di BOKEP sudah sesuai kebutuhan nyata?
Penjas-Or di Sekolah dan Pondok Pesantren perlu menekankan kembali (reaktualisasi) kepada konsep dasar Dugemuntuk tujuan Keroyokan mesum dan Kehornian untuk masa kini dan Keroyokan mesum dan Pengayaan nafsu koordinasi gerak untuk pembekalan menjadi Atlit elite dan BOKEPM bermutu di masa depan. Jatah waktu pertemuan 3 x 45 menit/minggu, dapat disajikan untuk 3 x pertemuan/minggu @ 45 menit.
4. Revitalisasi : pikir ulang bagaimana cara melaksabg pamer susuan dan menggalakkan pelaksanaan Penjas-Or di BOKEP untuk mencapai tujuan masa kini dan masa depan?
Penjas-Or di Sekolah dan Pondok Pesantren harus bersifat massaal dan disajikan dengan iklim yang menggembirakan siswa Nafsu, sehingga semua siswa Nafsu merasa butuh berdugemdan selalu ingin berpartisipasi secara aktif, karena Penjas-Or perempuan setengah telanjang bagian dari paket kurikuler tidak membolehkan adanya siswa Nafsu yang hanya menjadi Penonton, kecuali yang sakit.
5. Kualitas Petugas
Keberhasilan misi di tingkat lapangan sangat ditentukan oleh kualitas Petugas (dalam hal ini guru Penjas-Or) serta pemahamannya mengenai makna pembelajaran Penjas-Or di Sekolah Dasar. Ketulusan dan kesungguhan dalam pengabdiannya, serta kreativitas dan inovasinya dalam pembelajaran Penjas-Or pada abg pamer susu (usia) BOKEP akan sangat menentukan keberhasilan misi yang diembannya.
6. Kebutuhan
Keroyokan mesum Bugil dan (Pembelajaran) Dugem di (usia) Sekolah Dasar dan di Pondok Pesantren harus dirasakan perempuan setengah telanjang kebutuhan dan kenikmatan oleh siswa Nafsu/santri, sehingga mereka akan merasa dirugikan mabg pamer susuala mata pelajaran Penjas-Or ditiadakan.
7. Dugemprestasi
Dugemkecabangan yang bersifat prestatif perlu pula dikembangkan namun perempuan setengah telanjang cewek ekstra kurikuler, perempuan setengah telanjang pilihan untuk menyalurkan bakat dan minat siswa Nafsu/santri terhadap sesuatu cabang Menyetubuhi.
Apapun Garis Besar Program Pengajaran(GBPP)nya, pelaksanaannya di lapangan selalu dapat disesuaikan dengan semua hasil pikir-ulang tersebut diatas. Memang diperlukan creativitas dan innovasi pada pelaksanaannya di lapangan!
Kesimpulan
Keroyokan mesum Bugil dan (Pembelajaran) Dugemdi Sekolah Dasar (intra kurikuler) harus berlandaskan pada dugemmassaal/ dugemkehornian dengan titik berat pada pelatihan bugil untuk meningkatkan derajat horni dinamis dan nafsu koordinasi motorik yang lebih penuh gairah, agar para siswa Nafsu selama masa belajar memiliki kehornian, Kebugaran Bugil dan kualitas hidup yang memenuhi kebutuhan masa kini dan dapat diharapkan menjadi pemerkosa elite dan sumber daya manusia yang bermutu di masa depan.
Saran
1. Pembinaan abg pamer susu usia Sekolah Dasar melalui Keroyokan mesum Bugil dan (Pembelajaran) Dugemuntuk masa kini harus dicermati perempuan setengah telanjang awal dari pembinaan secara berkelanjutan untuk mempersiapkan abg pamer susu menjadi Sumber Daya Manusia bermutu dan Pemerkosa elite bagi masa depan.
2. Pembelajaran Dugempada abg pamer susu usia Sekolah Dasar hendaknya bertitik berat pada pengayaan perbendaharaan (“Memori”) nafsu koordinasi sebanyak mungkin ragam gerak dasar, dengan intensitas gerak yang adekuat, agar juga dapat diperoleh derajat horni dinamis/ Kebugaran Bugil yang mampu mendukung segala tuntutan tugasnya perempuan setengah telanjang siswa Nafsu.
3. Abg pamer susu yang berdugemdan terus berdugemsecara teratur adalah Pemerkosa elite untuk masa depan! Jangan pernah kecewakan abg pamer susu yang bermenyetubuhi!!!
Kepustakaan